(Opini) Berdamai Dengan Kematian

Ilustrasi. Foto: INT
*Sebuah Catatan Kematian

Ayah, ganti kalimat ta menjadi kalimat istighfar atau tahlil supaya sehatki. Insya Allah puasaki sama-sama setelah keluar dari Rumah Sakit. Begitu pesan yang saya sampaikan kepada Ayah dimalam terakhir bersamanya. Sebulan di rumah nampak tidak seperti biasanya. Jika batuk atau sedikit menggigil, biasanya minum obat sekali atau dua kali setelah itu sehat kembali. Tetapi malah telapak kaki beliau membengkak disebabkan obat penurun tekanan. Setelah beberapa hari pada saat genap sebulan berada di rumah, ayah setuju dirawat di Rumah Sakit-Alhamdulillah.

oleh:

T. Apri Nugroho

Ayah-bagaimana perasaan ta gunakan alat bantu pernafasan? Enak-jawab singkatnya. Apa ta sakit? Tanya saya berulang. Tidak ada sakit, nak. Jawabnya lagi. Begitu perbincangan kami di ruang IGD sesaat sebelum dipindahkan ke ruang perawatan. Sambil tersenyum-biar sepekan ayah dirawat di Rumah Sakit nda apa-apa. Terang saja itu karena ruangannya bagus, VIP Rumah Sakit Hajja Andi Depu. Na biar 10 hari ki, ayah yang penting sehat. Timpal saya begitu.

Dan memang betul, ayah kami berada di Rumah Sakit sepekan lamanya hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Padahal hari ahad beliau sangat ceria, kami masih bersenda gurau sampai malam tiba. Sangat mengagetkan menurut saya pribadi atas kepergian beliau. Tapi jika ditarik pada garis takdir-itulah waktunya telah berakhir.

Kebenaran keberadaan Tuhan yakni adanya kehidupan ditutup oleh kematian. Bahwa sirkulasi kehidupan di Bumi ini berputar dan itu sebenarnya biasa saja jika petunjuk kehidupan diikuti. Menjadi kekhawatiran jika menjalankan kehidupan tidak sesuai standar petunjuk dari Tuhan. Saya sangat meyakini konsekuensi pola kehidupan yang dijalani di Dunia-baik-tidak baik, terpuji-tidak terpuji- semua aka nada konsekuensinya.

Sampai pada pertengahan tulisan ini, saya belum menemukan judulnya. Itu karena, kesedihan ditinggal ayah dan ibu, ada juga kebahagiaan karena beliau berdua sebelum wafat-sakit. Saya sangat meyakini hadits nabi Muhammad bahwa orang sakit akan diampuni dosanya dan juga diangkat derajatnya. Itulah mengapa saya pribadi bahagia ibu dan ayah sakit sebelum wafat dengan harapan hadits Nabi Muhammad di atas. Tetapi, saya juga dirundung kebingungan serta kekhawatiran-bingung karena selama merawat ayah dan ibu apakah saya tulus, khawatir disebabkan oleh gangguan pikiran terlintas bahwa saya tidak tulus merawat orang tua. Betul-betul perasaan saya itu campur aduk. Makanya tiga hari setelah ayah wafat, munculah pikiran untuk menulis-semoga menjadi perdamaian kematian.

Izin saya tuliskan disini, bahwa dimalam terakhir bersama ayah, saya merasakan gangguan yang begitu hebat ketika melihat dan menemani ayah saat itu. Kondisinya, terkadang ayah-maaf-merasa buang air besar-tapi ternyata tidak, dan hal itu menjadikan saya harus mengganti popoknya. Selain itu, beliau merasakan lapar yang hebat-iya itu karena makanannya hanya 2 sendok terlahap. Jadi, saya tawari makanan yang ada berupa biskuit. Tidak jarang juga beliau mengeluhkan perutnya sakit. Kejadian itu oleh pikiran tidak bagus saya-menyulut perasaan tidak nyaman-sedikit ingin berontak-itulah kekhawatiran saya-jangan sampai merawat ayah tanpa ketulusan. Alhamdulillah disaat yang sama saya ingat ayat Allah pada Qur'an Surah Ali Imran ayat 159 tentang berlaku lemah lembut. Saya baca surah tersebut, saya amalkan pada momentum hebat itu dengan harapan saya tulus merawat ayah. Alhamdulillah, memang kebenaran ayat-ayat Allah itu benar, terbukti perasaan saya yang campur aduk tidak karuan menjadi tenang setelah mengamalkan ayat 159 tersebut.

Sebagai tambahan catatan, ibu kami lebih dulu berpulang, 6 tahun yang lalu tepatnya 14 februari 2018. Sebagian orang menganggap penanggalan tersebut sangat istimewa tapi menurut saya momentum itu adalah kegelapan nyata. Ternyata 6 tahun wafatnya ibu saya tercinta bersamaan dengan peristiwa sejarah demokrasi berkemajuan atau malah demokrasi lagu lama atau tak berkemajuan-ya 14 februari 2024. Indonesia menggelar Pemilu serentak Anggota Legislatif dan Presiden beserta Wakil Presiden. Opini bermunculan, pro dan kontra terhadap setiap calon juga menuai beragam sudut pandang publik.

Hanya saja, harapan saya terhadap pemilu, sebagai anak yang telah ditinggal wafat oleh ibu dan juga ayah-yakni momentum pemilu sejatinya menjadi ruang edukasi gagasan dan ide pencerahan bukan kegiatan pemenangan culas. Culas karena masyarakat disodori bantuan yang terkesan memiskinkan mereka dan menakut nakuti mereka dengan berbagai ancaman halus akan hilangnya bantuan sembako, bantuan sosial dan lain sebagainya jika tidak memilih yang dikehendaki oleh 1 atau 2 orang tertentu.

Jelang Pemilu, setiap lapisan masyarakat harus betul-betul mengkaji, mengawal kesiapan pelaksanaan Pemilu. Terlebih jika ada pejabat publik yang melakukan kampanye terhadap partai maupun pasangan calon tertentu. Masyarakat musti jelih terhadap hal tersebut. Apatah lagi ini menyangkut hajat hidup masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, masyarakat musti peduli terhadap pemilu yang tinggal beberapa hari kedepan diselenggarakan. (*)

Related

POLMAN 10273486259280892

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item