Asa Dibalik Kebun Agrowisata Dan Edukasi Stroberi Rantepuang
Mamasa, FMS--Hari baru saja membuka cakrawalanya, cahaya mentaripun masih nampak malu-malu bersembunyi di ufuk timur ketika saya mengstarter "kuda besi" untuk memulai perjalanan liputan berita pagi ini.
Kepulan asap dan raungan bunyi knalpot menjadi teman menyusuri Jalan Poros Nasional yang membelah wilayah Kabupaten Mamasa.
Hari ini, Rabu (1/2) agenda tulisan adalah untuk menggoreskan cerita sebuah objek wisata baru yang ada di Kecamatan Sesenapadang.
Dinginnya hembusan angin pagi serasa menusuk hingga ke tulang-tulang. Meski dingin seakan membekukan badan, namun indahnya pemandangan alam dibalik kabut menjadi kehangatan yang menyelimuti tubuh.
Sekitar 30 menit menyusuri Jalan Poros Nasional, akhirnya tiba di pertigaan jalan. Laju motor yang kukemudikan berbelok memasuki jalan menuju ke lokasi tujuan.
Kurang lebih satu kilometer jauhnya dari Jalan Nasional, dengan jalan yang menanjak harus ditempuh untuk tiba di tujuan.
Sang mentaripun seakan menyambut kedatanganku, bahkan sinarnya terasa hangat menyentuh kulit.
Tiba di tujuan, hamparan kebun buah menjadi pemandangan pertama yang kuterawang. Sepasag bola mata ini terus memindai lokasi sekitar.
Rupanya, penggelola tempat wisata ini mengusung konsep Agrowisata. Dan yang menjadi andalan kebun buah ini adalah buah stroberi.
Setelah berkeliling sejenak di sekitar kebuh buah tersebut, sayapun menghapiri pengelolanya yang sedang menikmati pagi di sebuah saung sederhana, yang menjadi satu-satunya bangunan yang ada dalam area kebun tersebut.
Rupanya, sang pengelola tempat tersebut masih sangat muda. Tak terbayang, bahwa pemuda yang duduk dihadapanku ada pemilik kebun ini.
Pada perjumpaan itu, Pengelola Kebun Agrowisata dan Edukasi Stroberi, Samuel mengatakan pada awalnya Ia hanya sekedar coba-coba untuk menanam buah stroberi.
"Waktu itu saya beli bibitnya dari Bandung, hanya sekitar 50 pohon," katanya membuka pembicaraan.
Setelah mengamati prospeknya, dirinya berfikir ternyata tanaman tersebut sangat cocok dibudidayakan di Mamasa.
Beranjak dari situlah, Ia kemudian mencetuskan ide untuk mengelola lahan miliknya untuk dijadikan kebun Stroberi. Bukan hanya sebagai kebun, tetapi sekaligus menjadi tempat wisata.
"Makanya konsep yang ditawarkan itu adalah Agrowisata. Selain menikmati buah, juga sekalian berwisata," jelasnya.
Agar pengunjung tidak pulang hanya membawa buah Stroberi, Ia juga memberikan edukasi seputar usaha yang digelutinya.
Sambil mengerakkan tangannya kesana kemari, Ia menjelaskan banyak hal seputar tempatnya itu sambil menunjuk tiap sudut kebun stroberi miliknya.
"Untuk wisatanya, kami menyediakan sejumlah spot-spot untuk berfoto. Bagi pengunjung yang ingin menghabiskan malam dilokasi, kami juga sediakan tempat untuk camping," tuturnya dengan fasih sambil menunjuk spot yang dimaksud.
Ia menyampaikan luas lahan kebunnya sekitar tiga hektar. Namun yang sudah digarap dan dijadikan kebun baru sekitar satu hektar. Sisanya akan digarap secara bertahap.
Untuk mengelola tempat tersebut, Ia dibantu rekannya, Andi sebagai petani penggarap ditambah masyarakat sekitar.
Bibit yang ditanam juga dikembangkan sendiri dari tanaman induk yang awalnya Ia tanam. Saat ini ada sekitar 2.000 pohon stroberi yang sudah mulai berbuah.
"Selain itu, kami sementara bibit lagi sekitar 4.000 pohon. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar," ungkapnya sembari menawarkan buah stroberi untuk dicicipi.
Menurutnya, budidaya tanaman stroberi di Mamasa sangat cocok. Mungkin karena iklimnya mendukung, sehingga tanaman yang Ia budidayakan tumbuh subur.
Bahkan tanaman stroberi yang ada dikebunnya terus menghasilkan buah sepanjang waktu.
Selain kebun stroberi, Ia menyampaikan masih memiliki satu lagi lokasi kebun buah yang dikhususkan untuk buah nenas.
"Ada juga disana, tidak jauh dari sini kami punya kebun nenas," ucapnya sambil menunjuk arah lokasi kebunnya.
Samuel berharap agar pemerintah setempat dapat mencanangkan dan menjadikan Desa Rantepuang sebagai Desa Agrowisata.
"Saya juga berharapa dengan upaya yang kami buat ini dapat memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan lahan tidur yang ada, sehingga lebih bernilai ekonomis," harapnya.
Usai bebincang dengan pemilik kebun buah tersebut, ada kesan tersendiri melihat sosok muda yang jeli menangkap peluang bisnis. Kenekatan dan keberaniannya memulai usaha patut diacungi jempol.
Sebagai gambaran, kebun buah tersebut hanya berjarak sekitar delapan kilometer dari Kota Mamasa. Untuk memasuki area perkebunan itu, Pengelolapun hanya mengenakan tiket masuk Rp. 5.000 per orang.
Hal menarik juga ditawarka pihak pengelola yakni pengunjung dapat memetik sendiri buah stroberi sepuasnya. Per buahnyapun terbilang murah, hanya Rp. 1.000.
Karena kebun Agrowisata tersebut terbilang baru, sehingga rata-rata pengunjung perharinya masih sepi. Per hari tempat tersebut hanya didatangi kisaran 20an pengunjung.
Yang pastinya, kehadirang tempat tersebut menjadi alternatif baru bagi masyarakat yang ingin berwisata sambil menikmati suasana kebuh stroberi. (klp)