Tanah Bergerak Desa Pidara, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Mamasa Beri Penjelasan


Mamasa, FMS--Fenomena tanah bergerak di Dusun Pidara, Desa Pidara, Kecamatan Balla sebenarnya merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Meski demikian, fenomena alam tersebut membuat warga setempat was-was.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga, fenomena tersebut mulai terjadi pada tanggal 11 Agustus lalu.

Akibat pergerakan tanah, puluhan rumah warga mengalami kerusakan. Hal itu diakibatkan karena amblasnya tanah permukiman warga hingga empat meter dari posisi awal.

Hingga kini pergerakan tanah masih terjadi. Hal itu membuat warga yang terdampak memilih mengungsi ketempat lain. Bahkan warga memilih membongkar rumahnya agar tidak semakin mengalami kerusakan.

Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya fenomena alam tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamasa melakukan observasi dan penelitian langsung di lokasi kejadian.

Dalam hasil penelitiannya, yang disampaikan oleh Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, BPBD Mamasa, Pasamboan Pangloli memperkirakan penurunan tanah terjadi karena daya rekat tanah yang sudah tidak mampu menahan beban.

"Fenomena alam ini sering terjadi di wilayah Kabupaten Mamasa, pada permukiman yang memiliki ciri seperti itu pernah terjadi di Desa Tanete Batu, Kecamatan Messawa, Desa Tondok Bakaru, dan Desa Buntubuda," katanya kepada awak media, Sabtu (20/8).

Ia menuturkan berdasarkan hasil identifikasi lokasi kejadian dijumpai sejumlah hal seperti, Dusun Pidara terletak di atas bukit dengan posisi rumah linear memanjang ke arah Timur Barat menghadap ke Utara dan jumlah rumah di dusun tersebut sebanyak 45 kepala keluarga (KK), namun yang terdampak sebanyak 15 KK.

"Bagian selatan lokasi rumah terdampak diidentifikasi, pertama ditumbuhi oleh rumpun tanaman bambu yang sangat tebal atau rimbun. Kedua, kemiringan tanah di atas 50 derajat. Ketiga, dilalui oleh dua pipa air bersih dan satu pipa sanitasi IPAL. Keempat, jenis tanah berpasir dan hasil timbunan," tuturnya.

Ia menjelaskan hasil pengamatan yang dilakukan di lokasi kejadian, pihaknya menjumpai juga sejumlah fakta seperti retakan tanah sepanjang 150 meter di bagian selatan yang melalui bagian belakang rumah warga, penurunan tanah tertinggi adalah empat meter dari elevasi awal, dan beberapa bambu daunnya sudah layu bahkan mengering.

Berdasarkan fakta-fakta lapangan tersebut, Ia lanjut menjelaskan hasil analisa pihaknya terkait penyebab fenomen tanah bergerak diakibatkan oleh beberapa hal.

Pertama, awal mula permukiman tersebut adalah bukit yang diratakan secara manual. Tanah hasil galian lalu dibuang ke arah selatan bukit atau permukiman sesuai dengan kearifan lokal.

Kedua, rumpun bambu yang banyak di lokasi dan sangat rimbun menyebabkan beban ke dalam tanah yang miring 50 derajat, sehingga rawan mengalami pergeseran secara vertikal.

Ketiga, daya dukung tanah melemah akibat permukaan tanah tidak disinari oleh panas matahari. Keempat, pelapukan tanah dipercepat oleh sanitasi lingkungan yang sangat buruk dan menyebabkan kelembaban tanah sangat tinggi, menjadi penyebab berkurangnya daya rekat atau daya dukung tanah.

Kelima, akhir-akhir ini di Desa Pidara dilanda angin cukup kencang yang meniup vegetasi bambu di sekitar permukiman. Hal itu menyebabkan bonggol bambu bergerak dan menciptakan retakan, yang diperparah oleh resapan air sanitasi dan air hujan.

"Solusi darurat yang ditawarkan adalah mengungsikan 15 KK warga yang terkena dampak ke rumah warga atau keluarga atau ke Posko Terpadu Siaga Bencana yang di dalamnya terdiri dari Pemda, TNI, Polri, Kepala Desa dan masyarakat," jelasnya.

Ia lanjut menjelaskan kepada warga yang terdampak juga diberikan bantuan logistik dan menyarankan agar membongkar atau menggesar rumah warga menjauhi retakan tanah.

Sementara untuk penanganan kedaruratan bencana adalah mengurangi beban tanah dengan cara menebang sebagian pohon bambu di bagian selatan permukiman yang terkena dampak untuk memperkuat daya dukung tanah, dan juga agar area tersebut terkena sinar matahari.

Selain itu, disarankan untuk memindahkan jalur pipa air bersih ke bagian depan atau bagian Utara atau ke bagian tanah asli bukan urukan.

"Bergotong royong menutup celah retakan sehingga air hujan tidak masuk ke dalam retakan. Penanaman pohon endemik lokal di sekeliling permukiman seperti pohon Buangin (Cemara lokal) yang dapat memperkuat daya dukung tanah," lanjutnya.

Pasamboan menambahkan pihaknya telah melakukan rapat yang dipimpin Kepala Desa Pidara dan menyepakati masukan yang disampaikan pihak BPBD, sambil menunggu arahan atau masukan dari pihak lain jika ada. (klp)

Related

MAMASA 1933482480561136614

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item