Bija, Contoh Nyata Potret Kemiskinan Yang Luput Perhatian
Mamasa, FMS--Hidup dalam kemiskinan, tentu menjadi proses kehidupan yang begitu sulit dilalui. Terlebih jika terkendala kondisi fisik.
Berat menanggung beban. Mungkin kalimat itu pas untuk menggambarkan sosok ayah bernama Bija (62), warga Dusun Panampu, Desa Salumokanan Utara, Kecamatan Rantebulahan Timur, Kabupaten Mamasa.
Ia mengalami disabilitas fisik sejak lahir. Tak jauh beda, anak semata wayangnya, Samjaya (21) bahkan difabel sejak lahir.
Meski demikian, potret kehidupan tersebut tidak mengurungkan semangat mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Ditemuai di rumahnya, sebuah gubuk berukuran sekitar 3x5 meter persegi, Bija menuturkan kesulitan ekonomi yang dialaminya.
"Saya suda cerai beberapa tahun lalu, ya karena ekonomi," ungkapnya, saat diwawancara, Jumat (5/8).
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ia hanya mengandalkan kemampuannya untuk merevarasi radio dan alat sederhana lainnya.
"Susah cari uang dengan kondisi fisik satu kaki, saya hanya servis radio, jam dan juga payung, upahnya tak begitu banyak, kadang 20 ribu saja," tuturnya.
Kesulitan ekonomi yang sangat berat tersebut membuat Ia dan anaknya kadang dalam sehari tidak makan akibat tidak adanya beras. Bahkan tak jarang mereka hanya memakan ubi kayu sebagai pengganjal perut.
Untuk mendapatkan uang tambahan, Ia mengatakan dirinya juga sering masuk hutan mencari kayu bakar untuk dijual.
"Kadang saya masuk hutan cari kayu bakar, saya jual lagi ke orang dengan harga lima ribu rupiah per ikat," katanya.
Dalam segala keterbatasan yang dialaminya itu, Bija berharap agar pemerintah memperhatikan warga seperti dirinya.
"Semoga saya mendapat perhatian dari pemerintah, perhatian buat orang miskin dan cacat seperti saya," harapnya. (klp)