Wabup Yakin Metode Pilot Project Gapoktan Mampu Tekan Inflasi Padi
POLMAN, FMS - Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar, menghadiri sekaligus membuka acara panen raya Pilot Project Pemupukan Tepat Guna (Gapoktan) Padi Sipatuo di Desa Indo Makkombong, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar, Selasa (16/3).
Pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur Sulbar menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan panen bersama dan Pilot Project Pemupukan Tepat Guna (Gapoktan), yang diinisiasi oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat bekerja sama dengan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim).
"Dengan adanya pemupukan yang tepat guna ini, maka hasil produktivitas padi yang dihasilkan akan semakin meningkat, ini tentu dapat menjadi salah satu alternatif solusi sebagai upaya menekan inflasi dengan menjamin tersedianya pasokan beras,"kata Enny
Metode pemupukan tepat guna yang telah dilakukan pada lahan pertanian Gapoktan Sipatuo tidak hanya berhenti sampai di sini saja, melainkan akan terus berlangsung dan akan dilakukan replikasi di lahan pertanian lainnya.
Ia juga mengatakan, salah satu komoditas pertanian yang terus mengalami peningkatan produksi adalah padi. Olehnya itu, dengan optimisme semakin berkembangnya perekonomian Sulawesi Barat ke depan, maka kebutuhan dan permintaan terhadap beras diproyeksikan akan turut meningkat.
"Untuk itu, sinergi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, stakeholders terkait menjadi faktor penting. Namun demikian, hal ini juga membutuhkan penguatan dari sisi data neraca produksi dan konsumsi bahan pangan oleh OPD terkait sehingga seluruh upaya kita dapat berjalan dengan optimal," sebut mantan anggota DPR RI itu.
Masih kata wanita yang juga merupakan mantan Ketua TP PKK Sulbar itu, panen bersama tersebut merupakan wujud sinergi dan inovasi sebagai upaya menciptakan optimalisasi lahan pertanian, sehingga ke depan Sulawesi Barat mampu menjadi salah satu lumbung padi nasional yang dapat mendorong pemenuhan permintaan padi.
Disebutkan, berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, bahwa produksi padi setara beras pada tahun 2020 sebesar 319.166 ton, meningkat dibandingkan tahun 2019 yang menghasilkan sebesar 300.142 ton.
“Hal ini menunjukan bahwa Sulawesi Barat memiliki potensi yang besar dalam komoditas beras, baik dari aspek konsumsi maupun aspek produksinya, sehingga dari Desa Indo Makkombong ini, tentu kita jadikan contoh untuk selanjutnya dilakukan di desa-desa lain di semua Kabupaten di Sulbar," ungkapnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulbar, Budi Sudaryono mengatakan, Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, memiliki tugas dan wewenang menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
“Seperti yang telah kita ketahui bersama, beras sebagai bahan pangan utama di masyarakat memiliki pangsa yang besar terhadap pengeluaran di masyarakat. Akibatnya, apabila terjadi kenaikan harga beras sedikit saja di masyarakat akan berdampak signifikan pada pencapaian inflasi di daerah. Mencermati kondisi tersebut, kami di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat turut berperan aktif dalam melakukan model pengembangan klaster padi,” katanya.
Budi juga mengatakan, Gapoktan yang dibina oleh BI Sulbar sejak tahun 2016. Pada saat awal pembinaan, BI Sulbar fokus untuk meningkatkan produksi dan produktivitas klaster, antara lain melalui implementasi metode hazton.
“Metode hazton adalah metode tanam yang menggunakan bibit secara lebih banyak dan lebih tua yang membuat hasil tanam lebih tahan terhadap hama dan produktivitas yang lebih tinggi. Sebelumnya produktivitas sebesar 4-5 ton/hektar, namun setelah menerapkan metode hazton ini produktimtas meningkat menjadi 9-10 ton/hektar. Melalui Program Dedikasi untuk Negeri Bank Indonesia di tahun lalu, kami telah memberikan bantuan teknis berupa mesin Rice Transplanter Hazton sebanyak tiga unit sebagai strategi intensifikasi pertanian metode tersebut,"ucap Budi.(Adv/Awal)