Tak "Dilirik" Pemda, BI Bangun Laboratorium Pengembangan Anggrek Endemik Di Mamasa


MAMASA, FMS--Hasil tidak akan menghianati proses. Kata-kata orang bijak tersebut layak disematkan pada Komunitas Tondok Bakaru Orchid (KTO). Berkat kerja keras, keuletan, dan konsistensi dalam pengembangan budidaya anggrek, KTO menerima bantuan pembangunan laboratorium dari Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Barat.

Sejak diresmikan sebagai desa wisata anggrek, oleh Wakil Gubernur Sulbar, Hj. Enny Anggraeni Anwar, pada September 2019 lalu, belum sekalipun KTO menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Mamasa, baik berupa pembangunan infrastruktur jalan menuju ke objek wisata, maupun pengembangan wisata anggrek.

Padahal potensi wisata ditempat tersebut sangat menjanjikan, karena selain di tempat tersebut menawarkan taman anggrek, juga pengola menyediakan spot swaphoto dengan latar belakan sawah. Makanya, objek wisata agro tersebut dinamakan Sawah dan Orchid (Sawo).

Meski demikian, dukungan pengembangan wisata anggrek tersebut justru datang dari BI Perwakilan Sulawesi Barat. 

Bantuan sosial yang diberikan berupa kucuran anggran sebesar Rp.599.913.500 dengan rincian Pembangunan Gapura Rp. 38.895.000, Rabat Beton Rp. 79.330.000, Laboratorium Rp. 308.955.000, Green House Rp. 84.612.000, dan Fasilitas Kultur Jaringan Rp. 88.121.500.

Hal itu disampaikan Ketua KTO yang juga pengelola objek wisata Sawo Tondok Bakaru, Andarias saat ditemui, Senin (9/11).

Ia menjelaskan awal mula pihaknya mendapat dukungan dan perhatian dari BI. "Sebelumnya kami pernah melakukan persentasi di kantor BI Sulbar pada tahun 2019 lalu," jelasnya. 

Saat itu pihak BI sangat merespon usaha pengembangan tanaman anggrek yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Tondokbakaru.

"Mungkin pihak BI menganggap bahwa anggrek di desa ini berpotensi untuk dikembangkan, apa lagi banyak anggrek yang tidak dijumpai di daerah lain, tetapi merupakan jenis anggrek endemik yang hanya ada di Mamasa," ucapnya. 

Hasilnya, pada awal bulan Juni lalu, BI mengucurkan anggaran untuk pembangunan beberapa item pekerjaan. Anggaran yang dialokasikan merupakan program sosial secara hibah dari BI Sulbar. 

Ia mengungkapkan bantuan yang diberikan oleh pihak BI merupakan bantuan kedua setelah sebelumnya Pemerintah Provinsi Sulbar memberikan bantuan lewat program  Mandiri, Cerdas dan Sehat (Marasa).

Untuk bantuan dari Pemerintah Kabupaten Mamasa, hingga saat ini belum ada bantuan yang disalurkan bagi komunitas anggrek di Tondokbakaru. 

"Dari pemda belum ada, yang ada dari BI dan Program Marasa Pemerintah Provinsi Sulbar," ungkapnya. 

Sementara itu, fasilitator BI Sulbar, Alfredi Toding menuturkan bantuan itu disalurkan setelah sebelumnya ada pendamping di Desa Tondok Bakaru pada tahun 2019 melalui proyek Perubahan Desa Wisata Anggrek. 

"Jadi konsepnya itu bagaimana agar anggrek yang ada di desa ini bisa terpelihara dengan bagus dan terjaga kelestariannya. Konsep inilah yang kami bawa ke BI dengan mengedepankan pelestarian anggrek itu sendiri," tuturnya.

Ia menyampaikan salah satu materi presentase ke pihak BI saat itu adalah jika anggrek endemik di transaksionalkan secara berlebihan, maka potensi anggrek yang hanya ada di Mamasa akan punah. 

"Sehingga diperlukan adanya alat dan teknologi yang bisa memproduksi anggrek dalam jumlah besar. Inilah yang kami coba sampaikan ke BI dan akhirnya direspon," ucapnya. (kedi)

Related

MAMASA 9100882273086755489

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item