Kisah Polisi di Sulbar Rawat ODGJ Selama 4 Tahun
MAJENE, FMS - Aiptu Ismail namanya merupakan anggota Polsek Sendana, Polres Majene sehari-hari bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Desa Binanga dan Desa Leppangan Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene.
Disela-sela tugasnya menjaga ketertiban dan keamanan di masyarakat. Namun kerap Ismail membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi tanpa ia memandang latar belakang orang yang dibantunya tersebut.
Seperti halnya Ahmad (37) warga Dusun Tullu Bulan, Desa Tallu Banua Utara Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene yang mengalami Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) sejak 2013 silam. Bapak empat anak tersebut sudah tiga kali dibawa kerumah sakit Dadi Makassar untuk berobat, namun tak kunjung sembuh.
“Sudah 3 kali di bawah ke rumah sakit jiwa untuk berobat, terakhir saya yang antar langsung di Makassar ke rumah sakit jiwa tahun 2017,” kata Aiptu Ismail, Minggu (5/10).
Lanjut Ismail, pria kelahiran 43 tahun silam asli dari Desa Lembang Lohe, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulsel tersebut mengisahkan, pada saat Ahmad dirawat dirumah sakit jiwa mulai agak baikan , namun ia melarikan diri kebetulan saat dijalan ada temanya yang melihat, kemudian dibawa kerumah keluarga Ahmad yang tinggal di Parepare, Sulawesi Selatan. Kemudian keluarganya tersebut mengabarkan kepada orang tuanya untuk dijemput.
Kini Ahmat tinggal disebuah gubuk ukuran 1,5x 2 meter seorang diri tanpa ada alat penerangan . Kedua kaki dan tangannya terikat rantai besi sejak tahun 2017. Pihak keluarganya sengaja agar Ahmad tidak pergi kemana-mana. Karena merasa khawatir jika tidak diikat dirantaikarena tidak segan-segan melukai orang lain yang dijumpainya. Bahkan perna sewaktu orang tuanya sendiri dia bacok menggunakan senjata tajam jenis celurit. Sehingga mengalami luka robek dibagian punggung dan kepala dan terpaksa harus dirawat selama seminggu dirumah sakit.
“Kalau soal melanggar HAM itu sudah pasti. Tapi dari pihak keluarganya tidak mau mengambil resiko, dari pada membunuh atau melukai orang lain lebih baik dia ikat rantai,” terangnya.
Ismail mengaku sejak Ahmad diasingkan pihak keluarganya. Ia kerap datang memandikannya, memberinya makanan dan mencukur rambutnya jika sudah terlalu panjang. Bahkan anak pertama Ahmad bernama Darmawati ia ambil dan tinggal serumah. Bahkan ia menyekolahkannya yang kini sudah duduk dibangku kelas 1 SMK 8 Majene.
Ismail berharap dinas terkait membawa Ahmad kerumah sakit Dadi Makassar untuk berobat, sehingga bisa sembuh dan berkumpul kembali bersama keluarganya.
”Mudah-mudahan ada pihak pemerintah yang mau mengurusnya,” harapnya.(Al).