Gelombang Penolakan Tambang LTJ Makin Meluas
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/08/gelombang-penolakan-tambang-ltj-makin.html
MAMASA, FMS - Gelombang penolakan terhadap rencana penambangan Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth oleh PT. Monzanite San di wilayah Kecamatan Mambi, Aralle, dan Buntu Malangka' terus mengalir.
Lima Desa yang berada di wilayah Salutambun menyatakan penolakannya terhadap rencana penambangan tersebut.
Salah satu desa yang menolak adalah Desa Salutambun Barat. Melalui Kepala Desanya, Kabok mengatakan sangat terkejut dengan adanya pengumuman yang tiba-tiba dipasang oleh pihak perusahaan di jalan poros.
"Seakan-akan kami masyarakat kecil tidak diperdulikan, tidak pernah sosialisai. Kami merasa diusik dengan tidakan itu," katanya, Senin (17/8).
Ia secara tegas menyakatakan menolak rencana penambangan tersebut yang akan mengeksplorasi tanah warisan leluhur. "Yang pasti kami masyarakat wilayah salutambun menolak kegiatan ini dan kami sementara menjalin kerjasam dengan organisai-organisasi yang mau membantu kami dalam mempertahakan tanah leluhur," tegasnya.
Ia menaruh harap kepada seluruh elemen masyarakat dan pengambil kebijakan dapat membantu sehingga rencana penambangan tersebut dihentikan.
Rencana penambangan tersebut sangat meresahkan masyarakat. "Saya tidak berharap terjadi konflik karena kegiatan ini, saya terus terang menagis mendegarkan keluh-kesah masyarakat kecil yang telah mendiami tanah leluhur kami dengan aman damai dan saat ini terancam keberadaanya," harapnya.
Ia menambahkan di wilayah Salutambun ada lima desa yang sepakat menolak penambangan tersebut. Bahkan Asoaiasi Pemerintah Desa Kecamatan Buntu Malangka' sudah menyatakan dukungan untuk membantu perjuangan masyarakat.
"Dampak positifnya menurut kajian kami sangat sedikit. Tetapi dampak negatiflah yang akan banyak karena merusak lingkungan yang sudah kami anggap sebagai surga dunia," tambahnya. (klp)
Lima Desa yang berada di wilayah Salutambun menyatakan penolakannya terhadap rencana penambangan tersebut.
Salah satu desa yang menolak adalah Desa Salutambun Barat. Melalui Kepala Desanya, Kabok mengatakan sangat terkejut dengan adanya pengumuman yang tiba-tiba dipasang oleh pihak perusahaan di jalan poros.
"Seakan-akan kami masyarakat kecil tidak diperdulikan, tidak pernah sosialisai. Kami merasa diusik dengan tidakan itu," katanya, Senin (17/8).
Ia secara tegas menyakatakan menolak rencana penambangan tersebut yang akan mengeksplorasi tanah warisan leluhur. "Yang pasti kami masyarakat wilayah salutambun menolak kegiatan ini dan kami sementara menjalin kerjasam dengan organisai-organisasi yang mau membantu kami dalam mempertahakan tanah leluhur," tegasnya.
Ia menaruh harap kepada seluruh elemen masyarakat dan pengambil kebijakan dapat membantu sehingga rencana penambangan tersebut dihentikan.
Rencana penambangan tersebut sangat meresahkan masyarakat. "Saya tidak berharap terjadi konflik karena kegiatan ini, saya terus terang menagis mendegarkan keluh-kesah masyarakat kecil yang telah mendiami tanah leluhur kami dengan aman damai dan saat ini terancam keberadaanya," harapnya.
Ia menambahkan di wilayah Salutambun ada lima desa yang sepakat menolak penambangan tersebut. Bahkan Asoaiasi Pemerintah Desa Kecamatan Buntu Malangka' sudah menyatakan dukungan untuk membantu perjuangan masyarakat.
"Dampak positifnya menurut kajian kami sangat sedikit. Tetapi dampak negatiflah yang akan banyak karena merusak lingkungan yang sudah kami anggap sebagai surga dunia," tambahnya. (klp)