Pelabuhan Penyeberangan Mamuju Kembali Dibuka
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/06/pelabuhan-penyeberangan-mamuju-kembali.html
MAMUJU, FMS - Pelabuhan penyeberangan Mamuju Provinsi Sulawesi Barat yang menghubungkan dengan Balikpapan Kalimantan Timur, akhirnya di buka kembali. Setelah sempat ditutup tiga bulan lamanya, akibat adanya virus corona. Kini
sudah dapat dibuka kembali , Kamis (25/6).
Kapal fery KM Laskar Pelangi yang bertolak dari pelabuhan penyeberangan Kariango Balikpapan, Kalimantan Timur sandar di pelabuhan Penyeberangan Mamuju sekitar pukul 12.30 Wita.
Sejumlah petugas dari Pelabuhan Penyeberangan Mamuju BPTD wilayah XIX Sulselbar bersama Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Mamuju, TNI-AL, Polri dan petugas Karantina Hewan melakukan pengawasan dan pemeriksaan setiap penumpang yang baru turun dari atas kapal.
Setiap penumpang diwajibkan menggunakan masker, cuci tangan dan dilakukan penyemprotan disinfektan dan pengecekan bukti surat keterangan rapid test dari Balikpapan.
Fatmawati, penumpang mengatakan penumpang diatas kapal hanya ada sekitar 100 orang karena dibatasi. Juga diwajibkan melampirkan bukti surat keterangan pemeriksaan rapid test di rumah sakit yang dibebankan membayar sekitar Rp 400 ribu per orang.
“Itupun hanya berlaku selama tiga hari. Belum lagi harus membayar uang pendaftaran di rumah sakit sebesar Rp 60 ribu,” kata Fatmawati.
Fatmawati mengaku meski mengeluhkan adanya aturan tersebut yang mengharuskan melakukan pemeriksaan rapid test saat melakukan perjalanan. Belum lagi ia membeli tiket kapal sebesar Rp 200 ribu. Dan juga masih mengeluarkan biaya sewa mobil untuk dapat sampai dikampung halamannya di Tarailu, Kecamatan Sampaga, Mamuju.
“Kalau dibilang mengelu, yah mengelu Pak, tapi mau apa lagi karena keinginan untuk dapat kumpul lagi bersama keluarga,” kata Fatmawati.
Fatmawati mengaku selama dalam perjalanan diatas kapal tak berdesak-desakan seperti biasanya. Karena penumpang dibatasi. Dan juga jarak antara satu penumpang dengan lainnya dibatasi.
Kepala Korsatpel Pelabuhan Penyeberangan Mamuju, Eliawati mewajibkan penumpang dan petugas agar selalu memperhatikan protokol kesehatan seperti, memakai masker, cuci tangan dan tetap menjaga jarak.
Dikatakan Eliawati, punumpang yang baru tiba dari Kalimantan di pelabuhan penyeberangan Mamuju tak lagi dilakukan pemeriksaan rapid test. Alasannya, kata Eliawati karena sebelum penumpang naik diatas kapal, petugas di pelabuhan Kariango Balikpapan melakukan pemeriksaan setiap penumpang dan tak mengizinkan jika tanpa memperlihatkan bukti pemeriksaan rapid test .
“Itulah kenapa kita tidak melakukan pemeriksaan rapid test penumpang dari sana (Balikpapan). Kecuali penumpang dari sini (Mamuju) yang akan berangkat ke Balikpapan kita dilakukan pemeriksaan rapid test,” ujarnya.
Pihaknya juga telah menyediakan mobil ambulans dan tenaga medis di pelabuhan jika nantinya terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
“Ketika nantinya ada penumpang yang kita dapatkan sakit disini sudah kita siapkan tim medis, mobil ambulans dan ruangan medis yang sudah kita stend by-kan untuk persiapan penanganan,” terangnya.
Ditambahkan juga untuk jadwal keberangkatan kapal tak ada yang beruba seperti hari-hari biasanya.
“Tergantung juga dengan kondisi cuacanya kalau lagi bagus otomatis kapal cepat berlabuh,” cetusnya.(Al).
sudah dapat dibuka kembali , Kamis (25/6).
Kapal fery KM Laskar Pelangi yang bertolak dari pelabuhan penyeberangan Kariango Balikpapan, Kalimantan Timur sandar di pelabuhan Penyeberangan Mamuju sekitar pukul 12.30 Wita.
Sejumlah petugas dari Pelabuhan Penyeberangan Mamuju BPTD wilayah XIX Sulselbar bersama Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Mamuju, TNI-AL, Polri dan petugas Karantina Hewan melakukan pengawasan dan pemeriksaan setiap penumpang yang baru turun dari atas kapal.
Setiap penumpang diwajibkan menggunakan masker, cuci tangan dan dilakukan penyemprotan disinfektan dan pengecekan bukti surat keterangan rapid test dari Balikpapan.
Fatmawati, penumpang mengatakan penumpang diatas kapal hanya ada sekitar 100 orang karena dibatasi. Juga diwajibkan melampirkan bukti surat keterangan pemeriksaan rapid test di rumah sakit yang dibebankan membayar sekitar Rp 400 ribu per orang.
“Itupun hanya berlaku selama tiga hari. Belum lagi harus membayar uang pendaftaran di rumah sakit sebesar Rp 60 ribu,” kata Fatmawati.
Fatmawati mengaku meski mengeluhkan adanya aturan tersebut yang mengharuskan melakukan pemeriksaan rapid test saat melakukan perjalanan. Belum lagi ia membeli tiket kapal sebesar Rp 200 ribu. Dan juga masih mengeluarkan biaya sewa mobil untuk dapat sampai dikampung halamannya di Tarailu, Kecamatan Sampaga, Mamuju.
“Kalau dibilang mengelu, yah mengelu Pak, tapi mau apa lagi karena keinginan untuk dapat kumpul lagi bersama keluarga,” kata Fatmawati.
Fatmawati mengaku selama dalam perjalanan diatas kapal tak berdesak-desakan seperti biasanya. Karena penumpang dibatasi. Dan juga jarak antara satu penumpang dengan lainnya dibatasi.
Kepala Korsatpel Pelabuhan Penyeberangan Mamuju, Eliawati mewajibkan penumpang dan petugas agar selalu memperhatikan protokol kesehatan seperti, memakai masker, cuci tangan dan tetap menjaga jarak.
Dikatakan Eliawati, punumpang yang baru tiba dari Kalimantan di pelabuhan penyeberangan Mamuju tak lagi dilakukan pemeriksaan rapid test. Alasannya, kata Eliawati karena sebelum penumpang naik diatas kapal, petugas di pelabuhan Kariango Balikpapan melakukan pemeriksaan setiap penumpang dan tak mengizinkan jika tanpa memperlihatkan bukti pemeriksaan rapid test .
“Itulah kenapa kita tidak melakukan pemeriksaan rapid test penumpang dari sana (Balikpapan). Kecuali penumpang dari sini (Mamuju) yang akan berangkat ke Balikpapan kita dilakukan pemeriksaan rapid test,” ujarnya.
Pihaknya juga telah menyediakan mobil ambulans dan tenaga medis di pelabuhan jika nantinya terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
“Ketika nantinya ada penumpang yang kita dapatkan sakit disini sudah kita siapkan tim medis, mobil ambulans dan ruangan medis yang sudah kita stend by-kan untuk persiapan penanganan,” terangnya.
Ditambahkan juga untuk jadwal keberangkatan kapal tak ada yang beruba seperti hari-hari biasanya.
“Tergantung juga dengan kondisi cuacanya kalau lagi bagus otomatis kapal cepat berlabuh,” cetusnya.(Al).