Paket Overlay Pengaspalan Jalan Di Mamasa Menua Kritikan
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/06/paket-overlay-pengaspalan-jalan-di.html
MAMASA, FMS - Pengerjaan Jalan Poros Nasional Mala'bo-Mamasa-Tabang yang dilaksanakan di awal tahun ini menuai kritikan tajam.
Ada dua titik pekerjaan di ruas jalan tersebut yang mendapat sorotan yakni Overlay Pengaspalan (lapis tambahan pada jalan yang sudah ada) jalan menuju Kota Mamasa dan titik Pekerjaan Pengaspalan jalan di wilayah Desa Lamban.
Direktur Investigasi dan Pelaporan Laskar Muda Demokrasi (Lasmud) Mamasa, Yusrianto mengatakan setelah melihat pekerjaan tersebut dilapangan, progresnya bisa-bisa tidak mencapai target. "Yang di daerah Lambanan masih ada sekitar 1 kilometer yang stagnan belum dimulai pekerjaan," katanya, Rabu (10/6).
Untuk pengaspalan overlay jalan yang menuju Kota Mamasa, dari segi kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi. Ia menjelaskan indikator dari penilainnya yaitu pertama, konstruksi jalan tersebut keropos. "Aspal hotmix tidak boleh keropos, karena jika keropos air akan mudah meresap masuk dan itu mudah membongkar jalan yang dikerja," jelasnya.
Kedua, Join atau pertemuan (penyambungan) antara sisi kiri dan kanan badan jalan yang dikerjakan tidak rapat sehingga ada yang tinggi sebelah. Hal ini berpotensi membuat air tergenang diatas aspal, sehingga terjadi peresapan air dipermukaan dan membuat aspal jalan cepat rusak. Dan ini artinya, umur rencana konstruksi tidak akan tercapai.
Jika secara kasat mata konstruksi aspal terlihat keropos, berarti ada komposisi pengaspalan yang tidak baik. Apakah suhunya, atau abu batunya yang kurang, atau ada material lainnya yang kurang.
"Intinya secara kasat mata konstruksi jalan tersebut terlihat keropos dan digenangi air, dan ini berpotensi mempercepat kerusakan aspal," lanjutnya.
Ia lalu menguraikan hal teknis lain yang dilihatnya meenjadi catatan dalam pekerjaan pengaspalan jalan tersebut. Hal lain yang diurainya yaitu tebal lapisan aspal, suhu aspal hotmix sebelum dihampar, kondisi media jalan, dan proses pemadatan jalan.
Dari pantauannya, lapisan aspal yang dikerjakan tersebut terbilang tipis, padahal lapisan Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) itu minimal 4 centimeter.
Lalu pada saat pengaspalan dikerjakan kemungkinan sedang turun hujan sehingga suhu aspal hotmix saat dihampar turun juga.
"Dalam spesifikasi pekerjaan aspal, penghamparan aspal hotmix tidak bisa dilakukan jika suhunya dibawah 90° C, jika suhu hotmix dibawah itu maka harus dibuang atau tidak digunakan," urainya.
Pada proses penghamparan, Ia lanjut menguraikan tidak boleh dilakukan dalam kondisi media jalan itu basah, karena akan menurunkan suhu hotmix. Bahkan sebelum aspal hotmix dihampar, harus dibersihkan dulu media jalan dari material lain atau air yang tergenang.
"Untuk kondisi Mamasa yang daerah dingin, penghamparan aspal minimal di suhu 110° C," lanjutnya.
Yusrianto menambahkan untuk proses pemadatan aspal menggunakan kendaraan alat berat berupa walas ban besi itu pada saat suhunya sudah dibawah 90° C dan nanti kendaraan ban karet masuk jika suhu dibawah 60° C.
"Jadi dengan melihat pekerjaan tersebut, diduga komposisinya jelek dan jalan aspal tersebut akan cepat rusak," tambahnya.
Sebagai informasi, kedua peket jalan yang disoroti tersebut merupakan paket jalan dari Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Barat dengan total anggaran Rp. 27.697.894.000, dengan beberapa paket pekerjaan, diantaranya reservasi jalan Kalukku-Salu Batu-Mambi-Malabo-Mamasa-Batas Provinsi Sulawesi Selatan yang dikerjakan oleh perusahaan konstruksi PT Graha Perkasa Mandiri. (klp)
Ada dua titik pekerjaan di ruas jalan tersebut yang mendapat sorotan yakni Overlay Pengaspalan (lapis tambahan pada jalan yang sudah ada) jalan menuju Kota Mamasa dan titik Pekerjaan Pengaspalan jalan di wilayah Desa Lamban.
Direktur Investigasi dan Pelaporan Laskar Muda Demokrasi (Lasmud) Mamasa, Yusrianto mengatakan setelah melihat pekerjaan tersebut dilapangan, progresnya bisa-bisa tidak mencapai target. "Yang di daerah Lambanan masih ada sekitar 1 kilometer yang stagnan belum dimulai pekerjaan," katanya, Rabu (10/6).
Untuk pengaspalan overlay jalan yang menuju Kota Mamasa, dari segi kualitas tidak sesuai dengan spesifikasi. Ia menjelaskan indikator dari penilainnya yaitu pertama, konstruksi jalan tersebut keropos. "Aspal hotmix tidak boleh keropos, karena jika keropos air akan mudah meresap masuk dan itu mudah membongkar jalan yang dikerja," jelasnya.
Kedua, Join atau pertemuan (penyambungan) antara sisi kiri dan kanan badan jalan yang dikerjakan tidak rapat sehingga ada yang tinggi sebelah. Hal ini berpotensi membuat air tergenang diatas aspal, sehingga terjadi peresapan air dipermukaan dan membuat aspal jalan cepat rusak. Dan ini artinya, umur rencana konstruksi tidak akan tercapai.
Jika secara kasat mata konstruksi aspal terlihat keropos, berarti ada komposisi pengaspalan yang tidak baik. Apakah suhunya, atau abu batunya yang kurang, atau ada material lainnya yang kurang.
"Intinya secara kasat mata konstruksi jalan tersebut terlihat keropos dan digenangi air, dan ini berpotensi mempercepat kerusakan aspal," lanjutnya.
Ia lalu menguraikan hal teknis lain yang dilihatnya meenjadi catatan dalam pekerjaan pengaspalan jalan tersebut. Hal lain yang diurainya yaitu tebal lapisan aspal, suhu aspal hotmix sebelum dihampar, kondisi media jalan, dan proses pemadatan jalan.
Dari pantauannya, lapisan aspal yang dikerjakan tersebut terbilang tipis, padahal lapisan Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) itu minimal 4 centimeter.
Lalu pada saat pengaspalan dikerjakan kemungkinan sedang turun hujan sehingga suhu aspal hotmix saat dihampar turun juga.
"Dalam spesifikasi pekerjaan aspal, penghamparan aspal hotmix tidak bisa dilakukan jika suhunya dibawah 90° C, jika suhu hotmix dibawah itu maka harus dibuang atau tidak digunakan," urainya.
Pada proses penghamparan, Ia lanjut menguraikan tidak boleh dilakukan dalam kondisi media jalan itu basah, karena akan menurunkan suhu hotmix. Bahkan sebelum aspal hotmix dihampar, harus dibersihkan dulu media jalan dari material lain atau air yang tergenang.
"Untuk kondisi Mamasa yang daerah dingin, penghamparan aspal minimal di suhu 110° C," lanjutnya.
Yusrianto menambahkan untuk proses pemadatan aspal menggunakan kendaraan alat berat berupa walas ban besi itu pada saat suhunya sudah dibawah 90° C dan nanti kendaraan ban karet masuk jika suhu dibawah 60° C.
"Jadi dengan melihat pekerjaan tersebut, diduga komposisinya jelek dan jalan aspal tersebut akan cepat rusak," tambahnya.
Sebagai informasi, kedua peket jalan yang disoroti tersebut merupakan paket jalan dari Satuan Kerja Pelaksana Jalan Nasional Wilayah II Provinsi Sulawesi Barat dengan total anggaran Rp. 27.697.894.000, dengan beberapa paket pekerjaan, diantaranya reservasi jalan Kalukku-Salu Batu-Mambi-Malabo-Mamasa-Batas Provinsi Sulawesi Selatan yang dikerjakan oleh perusahaan konstruksi PT Graha Perkasa Mandiri. (klp)