Kisah Guru Honorer di Mamuju yang Peduli Kemanusiaan

Nurhasanah saat memberikan bantuan nasi kotak untuk berbuka puasa. (Foto Awal).



MAMUJU, FMS - Nurhasanah lahir 36 tahun silam. Merupakan guru honorer di sekolah SD Inpres Simboro, Kelurahan Simboro, Kabupaten Mamuju yang memiliki kepekaan terhadap dunia pendidikan. Bukan hanya itu, ia juga memiliki kepekaan sisi kemanusiaan  untuk membantu warga yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Nurhasanah sudah dua tahun berjalan sebagai relawan kemanusian dengan menyasar warga yang hidup dibawah garis kemiskinan  yang tinggal dalam kota Mamuju maupun diluar kota Mamuju.

Program Jumat berbagi dengan menyasar  seperti tukang becak, ojek, janda tua dan pemulung  untuk diberikan sembako seperti beras,  gula, minyak goreng  dan nasi kotak.

Selama bulan Ramadhan Nurhasanah tetap melakukan kegiatan kemanusiaan tersebut. Saat wartawan media ini menelusuri, ia  membagikan nasi kotak untuk berbuka yang diberikan kepada panti asuhan, Nur Alam Panji Anak Bangsa yang berada di jalan Gatot Subroto, keluarahan Simboro, Kabupaten Mamuju. Nurhasanah tak sendiri, ia ditemani sejumlah relawan  dari Kapak Sulawesi Barat.

Tak sampai disitu, Nurhasanah juga membagikan kepada  janda tua yang hidup bertiga bersama anaknya. Ialah, Nayu (60). Ia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu. Untuk kehidupan sehari-harinya, ia hanya mengharap uluran tangan dari tetangganya dan bantuan dari para relawan. Karena diusianya yang sudah senja. Sementara anak pertamanya yang laki-laki terpaksa ikut bersama keluarganya membantu berjualan ayam potong. Sedangkan anak perempuannya baru lulus SMP dan  SD tahun ini.

Mereka tinggal dirumahnya yang jaraknya dari jalan poros  sekitar kurang lebih 100 meter lebih, untuk menuju kerumahnya diperlukan kehati-hatian karena kondisi jalannya yang curam . Puluhan tahun menggunakan lampu pelita sebagai alat penerang saat malam hari. Namun atas bantuan Nurhasanah dan para dermawan ia sudah bisa menikmati listrik.

“Tinggal sumurnya lagi kita pikirkan untuk diperbaiki,” kata Nurhasanah saat mengunjungi, Nayu, Senin (4/5).

Tak sampai disitu, Nurhasanah masi memikirkan apa yang mereka kerjakan sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kehidupannya sebagai tukang cuci jika sumurnya sudah diperbaiki.

Nurhasanah juga mengaku,  bahwa Nayu sempat mengeluhkan kedua anaknya agar berhenti saja sekolah karena masalah biaya pendidikannya. Namun justru Nurhasanah memberikan semangat agar anaknya tetap melanjutkan pendidikan, dikatakan Nurhasanah masalah biaya biar kami para relawan membantu asalkan tetap sekolah.

“Kindo (nenek) kalau masalah antar jemput kesekolah biar saya asalkan anakta tetap sekolah," kata Nurhaanah.

"Jika anaknya memiliki pendidikan otomatis mereka akan mengangkat harkat dan martabat khususnya kehidupan dalam keluarganya,” sambungnya.

Nurhasanah mengaku bahwa,   bantuan yang diberikan kepada warga yang kurang mampu merupakan titipan dari para dermawan seperti beras, uang dan nasi kotak yang diamanahkan padanya untuk disalurkan kepada warga  yang hidup dibawah garis kemiskinan untuk dimakan saat berbuka puasa.

“Tergantung sedekah yang masuk kepada kami itu yang kami kelola dan salurkan dari door to door  (rumah kerumah) yang betul-betul layak untuk mendapatkan makanannya. Kami tidak melakukan pembagian dipinggir karena tidak merata,” ujarnya.

Ia mengakui bahwa kendala selama ini aksi kemanusiaan yang dilakukan terkait  masalah  pendanaan. Menurutnya makin banyak donasi yang masuk padanya makin banyak pula yang dibagikan kepada warga yang kurang mampu. Biasanya dalam sehari 50 hingga 80 kotak nasi untuk berbuka puasa.

“Tergantung dana yang masuk,  biasanya kami bagikan itu seperti sembako dan makanan yang betul-betul yang istilahnya lah yang biasa dia makan orang yang berada. Kami mengisi ayam, sayur dan tambahan makanan yang bergizi lainnya yang siap saji,” terangnya.(Awal).

Related

MAMUJU 1964805231693381951

Post a Comment

emo-but-icon

FOKUS METRO SULBAR

BERITA Populer Minggu Ini

item