Desa Pulliwa Rawan Penyebaran Virus Corona, Butuh Ketegasan Pemerintah
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/04/desa-pulliwa-rawan-penyebaran-virus.html
Ilustrasi Virus Corona (Net.)
POLMAN, FMS -- Upaya Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, dalam memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), tampak masih lemah diwilayah pelosok desa.
Seperti yang terjadi di Desa Pulliwa Kecamatan Bulo saat ini. Ditengah merebaknya virus corona, sejumlah pedagang langsat dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, dengan mudahnya keluar masuk daerah ini.
Ironisnya, saat bertransaksi tak ada jarak yang membatasi pedagang dengan petani. Mereka seakan tak peduli dampak penyebaran virus corona. Kondisi tersebut membuat sejumlah warga Pulliwa sangat khawatir.
"Kalau saja tidak segera ditindakan tegas, maka kampung ini (Pulliwa,red) akan terancam.Warga sangat berpotensi terjangkit virus korona," keluh seorang warga yang meminta identitasnya dirahasiakan, Minggu 5 April.
Yang memprihatinkan, beberapa pedagang yang telah melakukan perjalanan dari Makassar dan kabupaten lain, terkadang menginap dirumah warga. Sementara rumah itu tidak disemprot disinfektan.
"Jadi tidak ada upaya pencegahan. Bagaimana kalau mereka terjangkit tapi tidak menunjukkan gejala. Itukan sangat membahayakan jiwa kami disini," keluhnya.
Tak hanya itu, ayah beranak dua tersebut, juga khawatir karena beberapa hari terakhir, sejumlah warga setempat baru saja kembali dari perantauan. Ditambah beberapa warga Pulliwa juga ikutan berdagang langsat ke Makassar.
"Selama ini mereka mondar mandir ke Makassar, sementara daerah itu sudah banyak yang terjangkit covid-19," ungkapnya.
Kepala Desa Pulliwa Edy Toppo mengaku bingung menghadapi kondisi yang terjadi di desanya. Kata dia, beberapa pedagang buah telah diimbau agar membatasi aktivitas keluar daerah. Saat dikumpulkan mereka mengaku siap mengikuti anjuran itu, namun kenyataan dilapangan, mobil perdagangan buah langsat masih juga marak keluar masuk.
"Sesungguhnya kami sangat dilema menghadapi situasi ini. Jika ditegasi petani akan menjerit karena buah-buahan mereka tidak terjual. Disisi lain kedatangan warga luar daerah sangat berisiko terhadap penyebaran virus korona," ungkapnya.
Edy mengakui bahwa untuk memutuskan mata rantai penyebaran covid-19, dibutuhkan tindakan tegas. Desa Pulliwa sebagai gerbang Kecamatan Bulo mestinya dijaga ketat. Pedagang buah dari Sulsel harusnya tidak diizinkan masuk. Mereka hanya dibolehkan bertransaksi diwilayah perbatasan kecamatan. Sedangkan petani lokal harus menjual buah-buahan di perbatasan.
"Tapi kami tidak mampu menerapkan metode ini sendiri. Harusnya penjagaan wilayah perbatasan adalah tanggungjawab bersama seluruh desa," ungkap kepala desa dua periode itu.
Terkait beberapa warganya yang pulang mudik, menurut Edy saat ini sedang dalam pemantauan. Selama menjalani masa ODP mereka tidak diizinkan berkeliaran.
"Kalau yang mudik aman dan terkontrol. Berbeda dengan pedagang langsat tidak ada jaminan," aku kepala desa. (riz)