Cerita Pemulung di Mamuju Ditengah Pandemi Covid-19
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/04/cerita-pemulung-di-mamuju-ditengah.html
MAMUJU,FMS- Pandemi Corona tak hanya berdampak buruk pada kesehatan, akan tetapi juga pada sektor perekonomian. Selama masa pandemi, ribuan karyawan harus menerima kenyataan dirumahkan, pengusaha banyak yang mengalami kerugian, serta pekerja informal yang mengandalkan penghasilan harian.
Seperti halnya yang dialami, Rani yang sehari-hari ia bekerja mencari barang bekas dalam kota Mamuju seperti,
gelas, botol aqua, besi dan dos, kemudian ia jual kembali.
Ia mengaku semenjak adanya virus corona penghasilannya menurun drastis. Biasanya sebelum ada corona ia bisa meraup penghasilan Rp 30 ribu perhari.
"Kalau sekarang tidak menentu kadang Rp 10.000 perhari" katanya. Senin (20/4).
Dikatakan barang bekas yang dikumpulnya tersebut ia jual dengan harga bervariasi seperti gelas Rp 3000 perkilo, botol agua Rp 200 perbiji, dos Rp 800 dan besi Rp 1.000.
Rani tinggal bersama istri dan dua orang anaknya, yang satunya masih berusia 11 bulan, dibekas bangunan kantor KPU Mamuju yang usai terbakar yang terletak didepan lapangan Merdeka, Kelurahan Rimuku, Kabupaten Mamuju.
Dibangunan tersebut tanpa air dan listrik hanya menggunakan pelita sebagai penerang saat malam hari.
Dikatakan semenjak corona dirinya hanya menampung saja karena tak ada pembeli yang datang dari Makassar, Sulawesi Selatan.
"Katanya nanti habis lebaran baru datang kesini (Mamuju) membeli," katanya.
Terkadang kata Rani, untuk kebutuhan sehari-hari ia meminta panjar kepada langganannya yang membeli barang hasil memulungnya , dan menggantinya pada saat dijual nanti.
Dan juga mengayu becak sebagai tambahan penghasilan, itu pun kata Rani, hasil yang didapatnya tak seberapa karena tersaingi dengan ojek dan grab.
Ia mengaku terkadang ada orang yang datang membawakan sembako dan uang yang merasa hibah melihat kondisi kehidupannya.
"Alhamdulillah biasa ji dapat bantuan sembako," katanya
Senada dengan Rani, rekannya sesama pemulung, Ismail mengatakan ia memulung karena tak ada pekerjaan lain apalagi kondisinya sudah tua rentah.
Dikatakan dulunya saat masih muda ia bekerja di salah satu perusahaan sebagai driver membawa alat berat, pada tahun 1997 ia memutuskan berhenti karena kondisi kesehatannya.
Ia mengaku bersyukur walau pekerjaannya sebagai pemulung. "Asalkan halal pak," pungkasnya. (Awal).
Seperti halnya yang dialami, Rani yang sehari-hari ia bekerja mencari barang bekas dalam kota Mamuju seperti,
gelas, botol aqua, besi dan dos, kemudian ia jual kembali.
Ia mengaku semenjak adanya virus corona penghasilannya menurun drastis. Biasanya sebelum ada corona ia bisa meraup penghasilan Rp 30 ribu perhari.
"Kalau sekarang tidak menentu kadang Rp 10.000 perhari" katanya. Senin (20/4).
Dikatakan barang bekas yang dikumpulnya tersebut ia jual dengan harga bervariasi seperti gelas Rp 3000 perkilo, botol agua Rp 200 perbiji, dos Rp 800 dan besi Rp 1.000.
Rani tinggal bersama istri dan dua orang anaknya, yang satunya masih berusia 11 bulan, dibekas bangunan kantor KPU Mamuju yang usai terbakar yang terletak didepan lapangan Merdeka, Kelurahan Rimuku, Kabupaten Mamuju.
Dibangunan tersebut tanpa air dan listrik hanya menggunakan pelita sebagai penerang saat malam hari.
Dikatakan semenjak corona dirinya hanya menampung saja karena tak ada pembeli yang datang dari Makassar, Sulawesi Selatan.
"Katanya nanti habis lebaran baru datang kesini (Mamuju) membeli," katanya.
Terkadang kata Rani, untuk kebutuhan sehari-hari ia meminta panjar kepada langganannya yang membeli barang hasil memulungnya , dan menggantinya pada saat dijual nanti.
Dan juga mengayu becak sebagai tambahan penghasilan, itu pun kata Rani, hasil yang didapatnya tak seberapa karena tersaingi dengan ojek dan grab.
Ia mengaku terkadang ada orang yang datang membawakan sembako dan uang yang merasa hibah melihat kondisi kehidupannya.
"Alhamdulillah biasa ji dapat bantuan sembako," katanya
Senada dengan Rani, rekannya sesama pemulung, Ismail mengatakan ia memulung karena tak ada pekerjaan lain apalagi kondisinya sudah tua rentah.
Dikatakan dulunya saat masih muda ia bekerja di salah satu perusahaan sebagai driver membawa alat berat, pada tahun 1997 ia memutuskan berhenti karena kondisi kesehatannya.
Ia mengaku bersyukur walau pekerjaannya sebagai pemulung. "Asalkan halal pak," pungkasnya. (Awal).