Keluarga ODGJ di Desa Takandeang Berharap Perhatian Pemerintah
https://www.fokusmetrosulbar.com/2020/01/keluarga-odgj-di-desa-takandeang.html
Mamuju, FMS - Teka teki pria baya yang mengalami gangguan kejiwaan tinggal digubuk ukuran 2x1 meter di ruas jalan Trans Sulawesi tepatnya Desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju bernama Iskandar (40).
Terungkap hasil penulusuran wartawan media ini, Iskandar memiliki kakak kandung bernama Andi Tajrin di Desa Bambu, Kabupaten Mamuju.
Saat ditemui Andi Tajrin sedang berada di rumahnya. Ia mengisahkan adiknya tersebut mengalami gangguan kejiwaan sejak tahun 90 an. Pada tahun 1995 dua kali direhabilitasi dirumah sakit jiwa Dadi Makassar. Namun adiknya kabur dari rumah sakit dengan cara membongkar atap rumah sakit.
“Saya belum punya anak sudah stres memangmi, saya juga tidak tau apa penyebabnya, semenjak sepulangnya dari Donggala, Sulawesi Tengah,” kata Andi Fajrin. Rabu (29/1).
Dikatakan adiknya tersebut merupakan anak ke empat dari lima bersaudara, namun yang bungsunya sudah meninggal. Kedua saudaranya telah menetap di Pare pare Sulawesi selatan dan Donggala, Sulteng.
Bapaknya merupakan asli Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman sedangkan ibunya dari Donggala, Sulteng dan kini semuanya telah meninggal.
Dikatakan, dulunya bapaknya merupakan pensiunan anggota Polisi yang bertugas di Donggala, saat bertugas disana menikah dengan ibunya. Namun setelah kedua orang tuanya meninggal mereka pindah.
“Kecuali satu saudara saya yang masih memilih menetap di Donggala,” ujarnya.
Fajrin mengaku bukan berati tidak memperhatikan adiknya yang hidup di gubuk ukuran 2x1 meter namun karena kondisinya yang mengalami gangguan kejiwaan. Belum lagi karena keterbatasan ekonomi sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa.
“ Saya justru bersyukur kalau pemerintah membawanya ke rumah sakit asalkan tidak dibebankan, karena kalau saya mau dibebankan dimana saya ambil uang untuk biaya pengobatan di rumah sakit,” ujarnya.
Sedangkan untuk kebutuhan sehari- hari ia berjualan kacang yang ditaburi gula merah dan krupuk yang dibuatnya sendiri kemudian dijajakan di kios-kios.
Sedangkan Sekretaris pihak Dinas Sosial Mamuju Muzakkir mengaku sebelumya sudah ditangani, namun pihak keluarganya kurang merespon. Sehingga terkendala untuk dibawah kerumah sakit.
“Tidak mungkin kita mengambil tindakan tanpa ada persetujuan dari pihak keluarganya, jangan sampai dikemudian hari ada-apanya , kita yang disalahkan dalam hal ini Dinas Sosial,” cetusnya. (Awal)
Terungkap hasil penulusuran wartawan media ini, Iskandar memiliki kakak kandung bernama Andi Tajrin di Desa Bambu, Kabupaten Mamuju.
Saat ditemui Andi Tajrin sedang berada di rumahnya. Ia mengisahkan adiknya tersebut mengalami gangguan kejiwaan sejak tahun 90 an. Pada tahun 1995 dua kali direhabilitasi dirumah sakit jiwa Dadi Makassar. Namun adiknya kabur dari rumah sakit dengan cara membongkar atap rumah sakit.
“Saya belum punya anak sudah stres memangmi, saya juga tidak tau apa penyebabnya, semenjak sepulangnya dari Donggala, Sulawesi Tengah,” kata Andi Fajrin. Rabu (29/1).
Dikatakan adiknya tersebut merupakan anak ke empat dari lima bersaudara, namun yang bungsunya sudah meninggal. Kedua saudaranya telah menetap di Pare pare Sulawesi selatan dan Donggala, Sulteng.
Bapaknya merupakan asli Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman sedangkan ibunya dari Donggala, Sulteng dan kini semuanya telah meninggal.
Dikatakan, dulunya bapaknya merupakan pensiunan anggota Polisi yang bertugas di Donggala, saat bertugas disana menikah dengan ibunya. Namun setelah kedua orang tuanya meninggal mereka pindah.
“Kecuali satu saudara saya yang masih memilih menetap di Donggala,” ujarnya.
Fajrin mengaku bukan berati tidak memperhatikan adiknya yang hidup di gubuk ukuran 2x1 meter namun karena kondisinya yang mengalami gangguan kejiwaan. Belum lagi karena keterbatasan ekonomi sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa.
“ Saya justru bersyukur kalau pemerintah membawanya ke rumah sakit asalkan tidak dibebankan, karena kalau saya mau dibebankan dimana saya ambil uang untuk biaya pengobatan di rumah sakit,” ujarnya.
Sedangkan untuk kebutuhan sehari- hari ia berjualan kacang yang ditaburi gula merah dan krupuk yang dibuatnya sendiri kemudian dijajakan di kios-kios.
Sedangkan Sekretaris pihak Dinas Sosial Mamuju Muzakkir mengaku sebelumya sudah ditangani, namun pihak keluarganya kurang merespon. Sehingga terkendala untuk dibawah kerumah sakit.
“Tidak mungkin kita mengambil tindakan tanpa ada persetujuan dari pihak keluarganya, jangan sampai dikemudian hari ada-apanya , kita yang disalahkan dalam hal ini Dinas Sosial,” cetusnya. (Awal)