Hijrahlah Agar Tidak Radikal
Mamuju, FMS - Mengisi akhir pekan komunitas Sahabat Hidayah Mamuju kembali menggelar kegiatan Ngopi (ngobrol perkara iman), 11/10/19.
Ngopi kali ini sahabat hidayah Mamuju mengangkat tema "Hijrahlah Agar Tidak Radikal" dengan pemateri Ustadz Muh. Yamin Saleh., SH., M.A.P
Menurut Ust. Yamin hijrah itu ketika seseorang berusaha meninggalkan apa yang menjadi larangan Allah dan menaati serta menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah.
"Semoga pertemuan kita malam ini bermanfaat karena bertujuan untuk mencari keridhaan dari Allah subehanawataala semoga bisa menjadi pintu hidayah bagi kita semua," ungkap Ust. Yamin
Lebih lanjut Ust. Yamin menjelaskan makna radikal (dari bahasa Latin radix yang berarti "akar") adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung gerakan radikal. Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal. Jadi awal mula istilah ini muncul karena peristiwa politik sesungguhnya.
"Hanya saja kalimat radikal dewasa ini lebih banyak disalah pahami dengan pemahaman kurang tepat oleh sebagian orang, sebab jika dilihat dari asal katanya dalam bahasa latin istiah radikal berasal dari kata radix yang artinya akar. sejalan dengan itu kbbi atau kamus besar bahasa Indonesia mengartikan istilah ini sebagai segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampai ke akar-akarnya atau sampai pada prinsipnya. dapat juga diartikan sebagai sifat maju dalam hal pola pikir atau tindakan," jelasnya
Meski demikian, Ustadz Yamin mengakui bahwa ada memang pihak tertentu yang mengusung paham radikalisme sebagai suatu ideologi (ide atau gagasan) yang ingin melakukan perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan atau ekstrim. untuk melakukan perubahan secara fundamental atas nama agama atau yang launnya dengan memaksakan kehendak agar tujuannya tercapai, pemikiran dan ideologi seperti ini yang harus dihindari.
Makanya upaya yang dilakukan Pemerintah di Negara kita dalam membentengi generasi muda dalam paham radikalisme adalah hal yang harus dimaklumi, karena persoalan ini juga terjadi di Negara lain termasuk Arab Saudi. hanya saja persoalan radikalisme di Negara kita terkesan dibatasi pada persoalan keagamaan saja, ini adalah penyempitan makna sesungguhnya
Salah satu dampak dari penyempitan makna yang terjadi, saat ini sebagian besar orang mencirikan radikal itu melekat pada orang yang rajin salat, baca quran, berjenggot, celana diatas mata kaki, padahal radikalisme itu adalah paham yang tidak bisa dideteksi hanya dengan penampilan. Pemikiran mereka yang seperti ini juga harus dipahamkan.
Diakhir materinya Ust. Yamin Saleh, mempertegas bahwa radikalisme lahir dari dua kutub ekstrim, pertama terlalu keras dalam beragama dan kedua terlalu memudah-mudahkan persoalan agama. Agama Islam dengan karakter washathiahnya akan menempatkan kita pada posisi pertengahan sehingga yang lahir adalah sifat adil. Maka, hanya dengan hijrah akan mampu menarik seseorang pada posisi pertengahan dari dua kutub yang ekstrim tersebut.
"Makanya hijrahlah agar tidak radikal, hanya dengan hijrah kita akan terhindar dari paham radikalisme," tutup Muh. Yamin Saleh.
(Wati)