Sepenggal Uraian Sejarah To Kaiyyang Pudung
https://www.fokusmetrosulbar.com/2019/08/sepenggal-uraian-sejarah-to-kaiyyang.html
Majene, FMS - Uraian singkat sejarah To Kaiyyang Pudung dalam kuturan atau pappasang yang di kurupsi turun temurun kemudian dibacakan oleh Tokoh Adat, Anwar, pada kunjungan Bupati Majene H. Fahmi Massiara di acara ziarah makam nenek To Kaiyyang Pudung di Desa Lombong Timur Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene dan Sumur Tua peninggalan Imam Lapeo.
Berikut petikan uraiam sejarah To Kaiyyang Pudung
Tauppa (manusia keempat) salah satunya nenek Pungkatadang menikah dengan Tori Je'ne kemudian melahirkan Tuapitu atau manusia ketujuh, salah satunya adalah nenek Daeng Manganna yang menikah dengan Raka Payung.
Dari pernikahan itulah mereka di karuniai sebelas anak atau disebut dengan nenek Tasapulomesa dan diantaranya adalah nenek Takayyangpulu yang berada di Mekkatta dan mendiami Buttu Mekkatta setelah sebelumnya berada di Lohe Kalumpang pada abad ke X.
Penamaan Mekkatta berasal dari kata megangta atau akkatta (otonom) dan memiliki wilayah kekuasaan tersendiri.
Sementara dari versi lain mengatakan nama mekkatta dari kata akkatta dari nenek ulusalu.diceritakan pula nenek Takeppulung kemudian melahirkan anak cucu dan melakukan kawin mawin dan itulah kemudian berdupasi kebudayaan menyebar hinggal keseluruh mekkatta lama termasuk membangun peradaban di sepanjang aliran sungai amalunda.
Diceritakan pula pappasang buttu mekkatta ama kepemimpinan cucu Takeppulung Maraddika Mekkatta pada waktu itu di jabar oleh Marraddia Mappoji, pada saat itu melahirkan konsep pemerintahan yang disebut dengan konsep adat tuho warisan ulusalu yang berbunyi mesa kada nipotuho pantang akada nipumate mua nita balingkunganna ada tuho tammate macoa takkadake.
Pada saat itulah dalam hal ini Maraddika Mekkatta menerima amanah dari Ulusalu, konsep perdanan itu yaitu Rappigapitu Matanna mengatakan mangindo pitu ulunna salu mangarra pitu babbana binanga.
Sehubungan dengan hal itu diatas bahwa wilayah Mekkatta pada zaman dahulu kala tidak termasuk dalam wilayah kerajaan Pitu Babbana Binanga tetapi masuk dalam wilayah persebaran komunitas masyakat adat dari Ulusalu.
Menurut sejarah singkat ini adat tuho perlu direkankan bahwa hubungan baik dengan masyarakat Pitu Ulunna Salu dengan Pitu Babbana Binanga perlu tetap dipertahankan.
Saat isian penutup Anwar mengatakan, jika terdapat kesalahan dan kekeliruan pada sejarah saat ini dapat kiranya dimaafkan.
"Saya mengucapkan selamat kepada kita semua demi menyongsong hari jadi Kabupaten Majene yang ke 474," kata Anwar.
(Muh. Irham)