Malam Minggu di Monas
https://www.fokusmetrosulbar.com/2018/12/malam-minggu-di-monas.html
Laporan: Hajrul Malik dari Jakarta
Jelang 212 beberapa jam lagi yang dimulai dengan agenda qiyamullail pukul 03.00-04.00 WIB. Ummat Islam sudah memadati area Monas untuk hajatan silaturahmi atau reunian yang disebut alumni 212.
Subhanallah, subhanallah, Maha suci Allah yang memperjalankan hambaNya dari berbagai penjuru Nusantara. Tidak perempuan, laki laki, anak anak, kalangan masyarakat menengah ke bawah, masyarakat menengah ke atas, seluruhnya berkumpul di area Monas ini. Tentu magnetnya adalah kebaikan, sebab jika ini ajang kampanye untuk Paslon tertentu, pastilah butuh dana miliaran, bahkan ratusan miliyar untuk mendatangkan mereka.
Katakanlah jumlahnya 4000.000 peserta, jika mereka harusnya diberi jumlah paling minimal 100.000, maka dibutuhkan #EMPAT_RATUS_MILYAR RUPIAH sekedar untuk uang saku. Belum biaya transportasi, dan makan untuk minimal 3 kali,
Saya hanya berguman dalam hati, andaikan reunian Ummat seperti ini setiap bulan, atau 6 bulan sekali atau setahun sekali dan itu digilir ke seluruh kita besar di Indonesia setidaknya distribusi potensi ekonomi ummat akan sangat dirasakan. Bagaimana tidak, yang hadir kesini (reuni212) ini mereka bawa duit untuk kebutuhan transportasi, makan, menginap, berinfaq langsung, beli suvenir 212, dan sebagainya.
Anda bisa menghitung sendiri, untuk gambaran saja hotel sekitar Monas, ada Mercure, Borobudur, dan lain lain kata kawan saya yang menemani jalan dari jalan Sabang sampai Monas banyak dihuni peserta 212 dan mereka sudah memesan jauh hari sebelumnya. Ternyata yang hadir disini juga elit daerah, salah seorang yang menemani makan malam kami pak Dedi dari Bangka Belitung.
Bisa dipastikan peserta hampir hadir dari semua daerah. Saya baru duduk di depan panggung utama, sejak pukul 20.45 beberapa menit saja sudah berkenalan peserta lainnya dari Malang, Balikpapan, Lampung, dari Bekasi anak muda yang jalan kaki 50 KM ada dari Wonomulyo dua anak muda yang mengaku naik motor ke Makassar terus naik kapal laut ke Jakarta.
Maka ini adalah nikmat Allah, bukan potensi kerusuhan. Allah Akbar.
Begitu ummat selalu jadi sumber manfaat, insya Allah.
(*)