Petani Mamasa Ubah Lahan Tidur Jadi Lahan Produktif
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/09/petani-mamasa-ubah-lahan-tidur-jadi.html
Mamasa, fokusmetrosulbar.com --Lahan tidur di Desa Melangkenapadang, Kecamatan Sesena Padang yang selama ini tidak tergarap dan tak produktif kini mulai memberikan hasil. Di tangan petani kreatif seperti Demianus Tarra, lahan tidur tersebut berubah menjadi kebun yang dipenuhi tanaman holtikultura.
Ditemui, Selasa (5/9), Demianus Tarra menceritakan asal mula dirinya mulai bertani holtikultura. "Saya sepuluh tahun bekerja di luar Mamasa pada yayasan yang konsen memberi pendampingan pemberdayaan masyarakat. Didalamnya termasuk pembinaan terhadap kelompok tani," katanya mengawali cerita.
Ia menuturkan dirinya terpanggil untuk kembali ke Mamasa dan memberi konstribusi membangun kampunnya setelah melihat keberhasilan petani ditempat lain. "Saat mendampingi petani waktu itu, saya banyak belajar dan melihat bahwa keadaan alam di tempat tersebut sama dengan kondisi alam Mamasa, bahkan kemungkinan di Mamasa alamnya jauh lebih mendukung jika pengelolaan dilakukan dengan baik. Sejak saat itu, saya berfikir untuk kembali ke Mamasa, kampung halaman saya untuk berbuat sesuatu," tuturnya mengenang masa awal memulai usaha tani di Mamasa.
Sambil menyeruput dan menikmati kenikmatan kopi Mamasa, Ia lanjut menuturkan setelah kembali ke Mamasa, dirinya langsung membentuk kelompok tani yang diberi nama Sahabat Petani dan melakukan pembinaan kepada masyarakat dan anggota kelompoknya. "Memang berat untuk memulai sesuatu, termasuk apa yang saya dan kelompok Sahabat Petani lakukan. Ada begitu banyak kendala yang kami hadapi mulai dari modal, sulitnya bibit berkualitas, pupuk, hingga serangan hama pada tanaman," lanjutnya.
Namun, setelah melalui proses panjang dan melewati banyak tantangan, kini kelompok tani binaannya mulai menuai hasil. Dari 1 hektar lahan yang digarap, Ia menyampaikan kelompoknya telah memproduksi dan mengirim kentang ke Kalimantan beberapa waktu lalu sebanyak 20 ton. "Itu kami tanam bibit 3 ton dengan asumsi akan memberi hasil sebesar 30 ton. Namun karena kondisi cuaca yang kurang stabil dan juga kami baru belajar bertani, maka kami hanya bisa produksi sekitar 20 ton dan memberi kami income 160 jutaan rupiah," katanya berseri.
Ia telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan kucuran keringat yang membasahi tiap jengkal tanah yang digarap, bumi Mamasapun memberikan hasil sebagai imbalan.
Lelaki 42 tahun yang sangat bangga dipanggil petani tersebut menaruh harapan kepada petani di Mamasa agar benar-benar serius dan profesional dalam menggarap lahan, karena jika itu dilakukan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Saya sudah membuktikan dan ingin agar petani Mamasa kedepan juga bisa lebih maju dan kreatif dalam bertani. Soal pasaran hasil pertanian, yang susah itu dijual kalau sedikit, tetapi kalau berton-ton hasilnya maka pedagang dan pengusaha yang akan datang kelokasi menjemput hasil kita," katanya mengakhiri percakapan.
Hingga saat ini, sejumlah tanaman holtikultura dibudidayakan Demianus bersama anggota kelompoknya seperti kentang, daun bawang, kol, wortel. Dan ternyata tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh subur di alam Mamasa. (ked/har)
Ditemui, Selasa (5/9), Demianus Tarra menceritakan asal mula dirinya mulai bertani holtikultura. "Saya sepuluh tahun bekerja di luar Mamasa pada yayasan yang konsen memberi pendampingan pemberdayaan masyarakat. Didalamnya termasuk pembinaan terhadap kelompok tani," katanya mengawali cerita.
Ia menuturkan dirinya terpanggil untuk kembali ke Mamasa dan memberi konstribusi membangun kampunnya setelah melihat keberhasilan petani ditempat lain. "Saat mendampingi petani waktu itu, saya banyak belajar dan melihat bahwa keadaan alam di tempat tersebut sama dengan kondisi alam Mamasa, bahkan kemungkinan di Mamasa alamnya jauh lebih mendukung jika pengelolaan dilakukan dengan baik. Sejak saat itu, saya berfikir untuk kembali ke Mamasa, kampung halaman saya untuk berbuat sesuatu," tuturnya mengenang masa awal memulai usaha tani di Mamasa.
Sambil menyeruput dan menikmati kenikmatan kopi Mamasa, Ia lanjut menuturkan setelah kembali ke Mamasa, dirinya langsung membentuk kelompok tani yang diberi nama Sahabat Petani dan melakukan pembinaan kepada masyarakat dan anggota kelompoknya. "Memang berat untuk memulai sesuatu, termasuk apa yang saya dan kelompok Sahabat Petani lakukan. Ada begitu banyak kendala yang kami hadapi mulai dari modal, sulitnya bibit berkualitas, pupuk, hingga serangan hama pada tanaman," lanjutnya.
Namun, setelah melalui proses panjang dan melewati banyak tantangan, kini kelompok tani binaannya mulai menuai hasil. Dari 1 hektar lahan yang digarap, Ia menyampaikan kelompoknya telah memproduksi dan mengirim kentang ke Kalimantan beberapa waktu lalu sebanyak 20 ton. "Itu kami tanam bibit 3 ton dengan asumsi akan memberi hasil sebesar 30 ton. Namun karena kondisi cuaca yang kurang stabil dan juga kami baru belajar bertani, maka kami hanya bisa produksi sekitar 20 ton dan memberi kami income 160 jutaan rupiah," katanya berseri.
Ia telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan kucuran keringat yang membasahi tiap jengkal tanah yang digarap, bumi Mamasapun memberikan hasil sebagai imbalan.
Lelaki 42 tahun yang sangat bangga dipanggil petani tersebut menaruh harapan kepada petani di Mamasa agar benar-benar serius dan profesional dalam menggarap lahan, karena jika itu dilakukan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Saya sudah membuktikan dan ingin agar petani Mamasa kedepan juga bisa lebih maju dan kreatif dalam bertani. Soal pasaran hasil pertanian, yang susah itu dijual kalau sedikit, tetapi kalau berton-ton hasilnya maka pedagang dan pengusaha yang akan datang kelokasi menjemput hasil kita," katanya mengakhiri percakapan.
Hingga saat ini, sejumlah tanaman holtikultura dibudidayakan Demianus bersama anggota kelompoknya seperti kentang, daun bawang, kol, wortel. Dan ternyata tanaman-tanaman tersebut dapat tumbuh subur di alam Mamasa. (ked/har)