Kisah Nurlina, Seorang Diri Berjuang Melawan Kanker Payudara Ganas
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/08/kisah-nurlina-seorang-diri-berjuang.html
Nurlina dan Putrinya Nur Arliani di ruang nifus Pustu Pasiang, Matakali. (Foto: Asrianto/FMS) |
Baca: Dipulangkan ke Polewali, RSUP Wahidin Tak Mampu Tangani Penderita Kanker Stadium Akhir Ini
Nurlina adalah warga Dusun Tabone, Desa Pasiang, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar. Ia berasal dari Sesena Padang, Kabupaten Mamasa. Sebelumnya, Lina telah dirawat di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar pasca dirujuk dari RSUD Polewali. Namun sayang, pihak RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar menyatakan "angkat tangan" atas penyakit yang diderita perempuan berusia 36 tahun ini. Nurlina pun dipulangkan ke Sulbar dan kini terbaring di Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Pasiang.
"Dia sudah dipulangkan, karena kankernya sudah menyebar," jelas Suaib Nawawi, Kepala Dinas Kesehatan Polman.
Suaib menjelaskan, penyakit Nurlina tak mampu ditangani lagi oleh rumah sakit terbesar dan terlengkap di kawasan Timur Indoensia itu. "Karena sudah stadium akhir, kankernya sudah menyebar," katanya.
Kini Nurlina terbaring lemah dengan rintihan sakit yang ia derita. Kanker payudara yang membuatnya tak berdaya. Sakit. Bengkak hingga ke tangannya membuat tak leluasa bergerak. Ia terpasung di pembaringan.
Berjuang Sendiri
Sejak Juli 2017, Nurlina mulai mengalami sakit, namun ironinya, di tengah perjuangan melawan kanker ganas, tak ada siapa-siapa disampingnya kecuali seorang putri kecil bernama Nur Arliani. Anak kandungnya. Umur Arlin, sapaan Nur Arliani baru delapan tahun. Sebenarnya Nurlina masih punya seorang anak, tetapi dia hidup bersama mantan suaminya yang tinggal di Mamasa. Sementara ayah dari Arlin telah bercerai dengannya. Ia sempat menikah lagi dengan pria asal Flores NTT, tapi entah dimana saat ini. Suami keempat itu telah pergi. Tinggallah Nur Arliani seorang diri merawat Nurlina, ibunya. Ah, bukan merawat, Nur Arliani masih terlalu belia untuk dapat merawat. Tak mampu melakukannya, meski dia memang jadi penjaga ibunya selama ini.
Hari-hari penuh duka pun terlewatkan bersama Arlin. Di tengah penantian akan keajaiban untuk sembuh, hanya si kecil Nur Arliani-lah permata hati Lina. Nur menjadi saksi ketika kanker itu hadir, tumbuh hingga kini stadium akhir.
"Awalnya hitam Pak, kemudian gatal, baru warna merah," Nurlina menceritakan ihwal kanker yang dideritanya dengan mata berkaca-kaca. Suaranya pelan nan terbata, seolah malu tapi dituturkan penuh kejujuran.
Nurlina telah menikah empat kali, dia punya suka duka dan masa lalu yang berliku. Tiga kali gagal membina rumah tangga hingga merantau ke Kalimantan. Pernikahannya yang keempat dengan pria NTT pun berujung sedih. Tetapi sudah, waktu tak mungkin diulang demi mengubur duka masa lalu itu, beruntunglah ia masih punya seorang putri yang kini beranjak dewasa.
Permata Hati itu Nur Arliani
Si kecil Nur Arliani belum mampu memberikan komentar. Ia masih terlalu kecil untuk memahami lebih jauh tentang penyakit yang diderita ibunya. Baru kelas I di SDN 044 Buttu Lamba Pasiang, Matakali. Ketika wartawan media ini menemui mereka di ruang Nifus Pustu Pasiang, tampak Arlin hanya mampu melotot, sesekali dia memandang. "Lagi ngambek," kata Nurlina, mencandai walau tubuhnya tak bisa bergerak.
Wartawan menyaksikan, dari pandangan si kecil itu seolah tersirat harapan besar, ibunya segera sembuh, agar si kecil bebas bermain dan sekolah. Tak seperti saat ini, dia kurang mood lagi ngambek. Itu karena di setiap saat Nurlina selalu memanggilnya. Memanggil Arlin. Minta sesuatu seperti makan atau minum. Mau makan, minum atau apapun, hanya Nur Arliani-lah yang bisa membantu. Mereka berdua hidup sederhana, bahkan harus menyambung hidup dari belas kasih tetangga. Mereka tak punya harta benda yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tak ada siapa-siapa, kecuali orang-orang yang peduli, termasuk seorang bidan yang menjaganya di Pustu. Bidan Fitri, dialah yang membatu sejak dirawat bulan Juli lalu.
"Ada saudaraku namanya Yuli di Buttu Lamba. Tapi saya malu tinggal di rumahnya," aku Nurlina pelan.
Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, hanya yang maha kuasalah yang tahu segalanya. Yang pasti rumah sakit sekelas Wahidin Sudirohusodo Makassar telah menyatakan tak lagi sanggup menyembuhkan penyakit kanker wanita Nurlina. Namun, siapa yang bisa menyangkal bila Tuhan punya kehendak untuk sembuh.
Keyakinan itu tampaknya masih ada. Masih terpatri di salah satu sudut hati Nurlina. Ia pun masih terlihat sabar dan kuat melawan sakit. Kebesaran hati, kekuatan iman dan semangat itu masih ada, hingga ia masih dapat tersenyum. Hal ini pun sontak membuat para pengguna media sosial memberikan penguatan padanya.Seperti yang tampak di group facebook Mamasa Community. Sebuah foto Nurlina yang diabadikan saat dirawat di RSUD Polewali, telah diposting akun Masdar Haedar. Akun itu memposting foto Nurlina disertai deskripsi tentang dirinya. Dulu dia ternyata seorang perempuan desa, di Sesena Padang, Mamasa. Oleh orang tuanya Nurlina dipanggil Limbong.
Berikut ini adalah pastingan salah satu pengguna facebook, Masdar Haedar
"Ketegaran saudara kita "ibu lombong" menjadi pelajaran berharga dan patut di berikan apresiasi meskipun keadaan beliau sungguh memprihatinkan namun tetap tegar dan masih selalu tersenyum seakan-akan memberi pesan kepada kita semua bahwa jangan pernah menyerah dalam menghadapi cobaan hidup...
#WANITATANGGUH".
Postingan itu kemudian dikomen ratusan facebooker. Umumnya mereka memberikan do'a dan dukungan. Mereka juga salut atas ketegaran seorang Nurlina.
"Smg cpat sembuh Ibu'. sya salut sm Ibu' yg sllu tersenyum wlpun dlam kdan skt pun Ibu Ttp tenang.. Itu artinya Ibu percaya Bahwa Tdk ada sesuatu apapun yg Terjadi Terhdap kt manusia klo TUHAN tdk Mengijinkan.. Amin", tulis akun OQhill Mhen.
Sementara akun Marlin Raya menulis:
Akun facebook lainnya, Hayati Cubhy Midwifery menulis:
"Tetep smangat ibu,yg sdh di rawat di puskesmas campalagianx,kmi akan slalu dtng menjengu ibu,,".
Do'a, harapan dan asa telah mengalir ke Ibu Nurlina, berharap ada keajaiban untuk sembuh. Mereka tahu, Tuhan punya rahasia dan menciptakan semua kondisi untuk manusia. Semoga para dermawan terketuk hatinya untuk turut meringankan beban hidupnya bersama buah hatinya. (ant/har).