Harga Cabai Anjlok Justru Menyulut Semangat Petani, Simak Pengakuan Mereka.
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/06/harga-cabai-anjlok-justru-menyulut.html
Mamuju Tegah, fokusmetrosulbar.com -- Anjloknya harga cabai keriting di Mamuju Tengah, Sulbar, menyebabkan petani di daerah ini merugi.
Mengapa tidak, cabai yang sebelumnya terjual Rp30 ribu, turun jadi Rp12 ribu perkilogram.
Kendati harga cabai jatuh tak berarti semangat petani akan luntur. Kondisi tersebut justru menyulut semangat mereka. Salah satunya Andi Akbar. Petani asal Bulurembu Desa Babana Kecamatan Budong-Budong itu tak jera. Ia menilai kegagalan kali ini adalah kesuksesan yang tertunda.
Lagi pula bercocok tanam cabai sudah menjadi hobi yang dilakoni sejak beberapa tahun terakhir. Keyakinan akan tiba masa jaya membuatnya tetap bertahan.
Petani akrab disapa Gondrong itu optimis, suatu saat nanti hasil usahanya akan dipetik. Itu sebab disaat harga anjlok Ia justru memperluas lahan. Ia membuka ladang baru khusus pengembangan tanaman cabai. "Saya gagal bukan kali ini saja," katanya, Senin (12/6).
Dikisahkan Gondrong, sebelum harga anjlok tanaman cabai miliknya pernah dilanda banjir. Bencana itu mengakibatkan sebagian besar tanamannya mati. "Kami yakin harga lombok (cabai,red) tidak selamanya jatuh. Begitu pula musim hujan akan dibalas kemarau. Makanya saya tetap optimis," ucap Gondrong.
Lukas yang juga petani cabai asal Bulurembu, berprinsip sama dengan Gondrong. Meskipun sering dilanda gagal panen Ia tak putus asa. Kegagalan itu dianggap sebuah ujian yang harus dilewati. Selain cabe keriting, Lukas kini mengembangkan tanaman jagung. "Harga anjlok justru jadi motivasi bagi kami. Biasanya setelah melewati masa sulit, keberhasilan akan menjamput," ucapnya optimis. (jml/riz)
Mengapa tidak, cabai yang sebelumnya terjual Rp30 ribu, turun jadi Rp12 ribu perkilogram.
Kendati harga cabai jatuh tak berarti semangat petani akan luntur. Kondisi tersebut justru menyulut semangat mereka. Salah satunya Andi Akbar. Petani asal Bulurembu Desa Babana Kecamatan Budong-Budong itu tak jera. Ia menilai kegagalan kali ini adalah kesuksesan yang tertunda.
Lagi pula bercocok tanam cabai sudah menjadi hobi yang dilakoni sejak beberapa tahun terakhir. Keyakinan akan tiba masa jaya membuatnya tetap bertahan.
Petani akrab disapa Gondrong itu optimis, suatu saat nanti hasil usahanya akan dipetik. Itu sebab disaat harga anjlok Ia justru memperluas lahan. Ia membuka ladang baru khusus pengembangan tanaman cabai. "Saya gagal bukan kali ini saja," katanya, Senin (12/6).
Dikisahkan Gondrong, sebelum harga anjlok tanaman cabai miliknya pernah dilanda banjir. Bencana itu mengakibatkan sebagian besar tanamannya mati. "Kami yakin harga lombok (cabai,red) tidak selamanya jatuh. Begitu pula musim hujan akan dibalas kemarau. Makanya saya tetap optimis," ucap Gondrong.
Lukas yang juga petani cabai asal Bulurembu, berprinsip sama dengan Gondrong. Meskipun sering dilanda gagal panen Ia tak putus asa. Kegagalan itu dianggap sebuah ujian yang harus dilewati. Selain cabe keriting, Lukas kini mengembangkan tanaman jagung. "Harga anjlok justru jadi motivasi bagi kami. Biasanya setelah melewati masa sulit, keberhasilan akan menjamput," ucapnya optimis. (jml/riz)