Bikin Haru, Saat Pemuda Tinambung Ini Bertemu Ibunya yang Pergi Meninggalkannya di usia 6 Bulan
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/06/bikin-haru-saat-pemuda-tinambung-ini.html
Ilustrasi (Foto: internet) |
Sehebat apapun seorang ayah, tak akan pernah mampu menggantikan peran ibu di mata seorang anak. Maka berbahagialah bagi mereka yang mampu merasakan manisnya kasih sayang seorang ibu sejak awal. Karena tidak semua anak di dunia ini memiliki kesempatan yang sama untuk merasakan indahnya kasih sayang sosok ibu.
Demikian halnya yang dirasakan salah seorang pria yang kini menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemda Mamuju, sebut saja Muliadi. Dirinya terpisah dengan Sang Ibu sejak masih berusia 6 bulan, dan baru bertemu kembali setelah dia lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Adalah waktu yang cukup lama bagi keduanya untuk dapat bertemu.
Muliadi adalah anak tunggal dari pasangan Safaruddin dan Muhyina yang tinggal di Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar. Kala itu, di usianya yang masih bayi, kedua orangtua Muliadi memutuskan bercerai karena suatu hal. Adi pun terpaksa menjadi korban atas kasus perceraian itu.
Diceritakan Muliadi, pasca cerai, Sang Ibu kemudian memutuskan untuk merantau, entah kemana saat itu. Sementara Sang Ayah dan dibantu keluarga lainnyalah yang merawat dirinya.
"Saya tinggal bersama kakek dan paman saat sudah masuk sekolah dasar," sebutnya.
Seiring berjalannya waktu, Muliadi pun tumbuh remaja dan masuk di SMKN Tinambung tahun 2003/2004. Di sekolah, dia dikenal sebagai anak yang cukup baik dan berkonstribusi positif untuk kemajuan sekolah. Terbukti dia menjadi anggota paskibraka selama dua tahun berturut-turut.
Muliadi kemudian lulus dari SMKN Tinambung tahun 2007. Di usianya yang mulai memasuki tahap dewasa itulah, Muliadi muda mencoba bertanya sesekali kepada keluarganya tentang ibu. Seperti apa ibunya, dan dimana dia rimbanya. Ada kerinduan yang terpendam dalam hatinya meski tak mampu dia mengungkapkannya. Ironinya setiap kali bertanya tentang ibu, hanya jawaban menyakitkan yang dia terima.
"Tidak usah kamu cari, Nak. Karena kalau dia menyayangimu, dia pasti mencarimu. Bukan melupakanmu," ujar keluarga Muliadi dari ayah.
Meski demikian, Muliadi tidak percaya dengan perkataan keluarganya. Justru perkataan itu membuat keinginannya untuk bertemu dengan Sang Ibu semakin kuat. Dirinya kemudian mencoba mencari tahu kepada orang yang kemungkinan mengenal ibunya.
Usahanya untuk menemui Sang Ibu pun menemui titik terang. Hal itu setelah seseorang yang mengetahui keberadaan ibunya memberitahukan dimana tempat tinggalnya.
"Akhirnya ada yang memberitahu saya alamatnya bahwa ternyata ibu kandung saya tinggal di Mamuju," ungkap Muliadi dengan mata seduh.
Berbekal alamat dan foto masa kecil yang dimilikinya, dia pun nekat berangkat walau hanya mengantongi uang sebesar Rp. 3 Ribu saat itu. Dengan uang sebesar itu pikirnya hanya mampu membeli satu teh gelas dan dua bungkus roti. Artinya dia tak memiliki ongkos untuk membayar sewa mobil dari Tinambung ke Mamuju.
"Dengan uang itu, saya kemudian mencari tumpangan dengan menyetop setiap mobil pik up yang melintas dengan harapan tidak dikenakan sewa," tuturnya.
Tak butuh waktu lama, Muliadi kemudian mendapat tumpangan sebuah mobil pedagang buah asal Sulawesi Selatan.
"Supirnya bilang, kalau adik mau di belakang silahkan. Karena di depan sudah penuh," ujarnya mengutip perkataan supir.
Tak ada rotan akar pun jadi. Demi bertemu Sang Ibu hal itu bukanlah masalah. Dia pun akhirnya berhasil menginjakan kakinya di bumi Manakarra untuk pertama kalinya, saat itu.
Ringkas cerita, Muliadi sampai di alamat ibunya yang ternyata telah hidup mapan dengan memiliki sebuah rumah besar dan kos-kosan disampingnya.
"Saat itu sudah menjelang malam," katanya.
Seorang warga kos yang melihat kedatangannya pun bertanya, "cari siapa?" ujar warga itu.
Muliadi menjawab "Saya cari ibu Muhyina, betul ini rumahnya?," ujarnya.
Warga itu bilang "iya betul, ada perlu apa?."
Kemudian Muliadi menjawab "Saya anaknya dari Tinambung."
Warga itu seakan tidak percaya atas apa yang diungkapkan Muliadi. Sebab sepengetahuannya, pemiliki kos itu hanya memiliki dua anak yang sudah dikenalnya dengan baik. Dia kemudian melaporkannya kepada Ikhsan, bapak kos, atau yang sekarang menjadi suami Muhyina.
Bapak kos itu kemudian menghampiri Muliadi lalu bertanya. "Kalau kamu anak ibu Muhyina apa buktinya?," ujarnya.
Hal demikian dilakukan lantaran telah beberapa kali kejadian seorang datang mencoba menipu orangtua Muliadi dengan mencatut namanya.
Muliadi pun mengeluarkan foto kecilnya sebagai bukti dan menunjukannya.
Melihat bukti yang dibawa Muliadi, tampak pria yang telah menjadi ayah tirinya itu merasa bahwa memang anak ini adalah anak istrinya yang telah lama ditinggalkannya. Dirinya pun kemudian menyarankan pada Muliadi untuk menunggu lantaran saat itu istrinya (Muhyina) sedang tak berada di rumah. Muliadi pun menunggu di depan kos hingga keesokan harinya.
Diceritakan, setelah menunggu selama satu hari satu malam, akhirnya seorang wanita paruh baya menghampirinya dan bertanya. "Kamu Muliadi dari Tinambung?"
"Hati saya mengatakan bahwa dialah ibu saya, meski tidak pernah bertemu saya sangat yakin bahwa dialah ibu saya," ujarnya mengingat kejadian itu.
Muliadi pun menjawab "Iya bu, ini foto saya," sembari menujukannya.
Seketika suasana pun menjadi hening. Ibu Muhyina dan Muliadi hanya saling memandangi satu sama lain. Karena meski terpisah dengan waktu yang cukup lama, keduanya ternyata masih memiliki ikatan batin.
Menyadari bahwa dialah Muliadi yang sebenarnya. Sang Ibu pun merangkul anaknya yang telah lama ditinggalkan itu. Luapan perasaan rindu Sang Ibu tak mampu diungkapkan dengan kalimat. Dirinya hanya bisa menangis sambil memeluk erat anaknya.
Ayah tiri Muliadi dan dua adiknya pun dengan senang hati menerima keberadaannya dalam keluarga. Mereka hidup rukun dan bahagia selanjutnya.
Keterangan: Kisah diatas berdasarkan fakta dan benar adanya, namun nama yang tertera adalah nama samaran karena narasumber tidak berkenan nama aslinya disebutkan. Penulis hanya mencoba memberikan bahan bacaan yang dapat diambil sisi positifnya. (tfk/har)