Kritikan Pedas Kadis Pendidikan Mamasa Soal Kurikulum
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/05/kritikan-pedas-kadis-pendidikan-mamasa.html
Mamasa, fokusmetrosulbar.com--Perubahan kurikulum sepertinya menjadi fenomena mengikuti setiap pergantian pengambil kebijakan di negara ini.
Kondisi tersebut menuai kritikan dari pemerhati dan praktisi pendidikan, tidak terkecuali dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mamasa, H. M. Syukur Badawi.
"Kami ini di dinas pendidikan adalah penampung aspirasi guru-guru. Belum tuntas kita maksimalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kita sudah dihantamkan lagi kurikulum 2013 (K13)," kritiknya saat diwawancara usai membuka bimbingan tehknis K13, Senin (15/5).
Ia menjelaskan padahal konten materinya itu sama pada setiap kurikulum. "Hanya cara implementasi dan poles-polesannya saja yang sedikit berbeda," jelasnya.
Hal itu Ia ungkapkan dengan harapan agar pemerintah dapat lebih fokus pada memaksimalkan sasaran yang ingin dicapai. "Setelah itu baru kita evaluasi atau diganti kirikulumnya," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Syukur juga membeberkan kemungkinan kendala yang dihadapi hingga implementasi K13 sampai saat ini belum maksimal dilaksanakan. "Saya kira kendala pertama adalah banyaknya masukan dari pemerhati pendidikan sehingga dalam perjalanannya pemerintah membuka ruang bagi masukan masyarakat," bebernya.
Ia lanjut menerangkan sejak digodok di tahun 2013 berdasarkan masukan, K13 baru diberlakukan di tahun 2015, lalu mengalami lagi pembaharuan tahun 2016 dan baru dimaksimalkan tahun 2017 ini.
"Saya harap ini merupakan proses untuk mendewasakan kurikum sehingga tidak dilakukan lagi gonta-ganti, karena kalau perencanaan itu matang tentu hasilnya juga akan lebih bagus," terangnya mengakhiri wawancara. (klp/har)
Kondisi tersebut menuai kritikan dari pemerhati dan praktisi pendidikan, tidak terkecuali dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mamasa, H. M. Syukur Badawi.
"Kami ini di dinas pendidikan adalah penampung aspirasi guru-guru. Belum tuntas kita maksimalkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), kita sudah dihantamkan lagi kurikulum 2013 (K13)," kritiknya saat diwawancara usai membuka bimbingan tehknis K13, Senin (15/5).
Ia menjelaskan padahal konten materinya itu sama pada setiap kurikulum. "Hanya cara implementasi dan poles-polesannya saja yang sedikit berbeda," jelasnya.
Hal itu Ia ungkapkan dengan harapan agar pemerintah dapat lebih fokus pada memaksimalkan sasaran yang ingin dicapai. "Setelah itu baru kita evaluasi atau diganti kirikulumnya," ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Syukur juga membeberkan kemungkinan kendala yang dihadapi hingga implementasi K13 sampai saat ini belum maksimal dilaksanakan. "Saya kira kendala pertama adalah banyaknya masukan dari pemerhati pendidikan sehingga dalam perjalanannya pemerintah membuka ruang bagi masukan masyarakat," bebernya.
Ia lanjut menerangkan sejak digodok di tahun 2013 berdasarkan masukan, K13 baru diberlakukan di tahun 2015, lalu mengalami lagi pembaharuan tahun 2016 dan baru dimaksimalkan tahun 2017 ini.
"Saya harap ini merupakan proses untuk mendewasakan kurikum sehingga tidak dilakukan lagi gonta-ganti, karena kalau perencanaan itu matang tentu hasilnya juga akan lebih bagus," terangnya mengakhiri wawancara. (klp/har)