Warga Polman Kini Panen Padi Pakai 'Reaper'
https://www.fokusmetrosulbar.com/2017/02/warga-polman-kini-panen-padi-pakai.html
Foto Ilustrasi (sumber: Tribunnews.com) |
Berbagai kelebihan dalam memanen padi menggunakan Reaper membuat sejumlah warga lebih memilihnya. Reaper dinilai lebih cepat, efisien, dan tarifnya lebih murah.
Seorang pemilik lahan persawahan, Subuh warga Desa Lampoko, mengaku bahwa saat ini dirinya lebih nyaman menyewa Reaper ketimbang mesin perontok.
"Lebih cepat, baru hampir tidak ada sama sekali yang tersisa biji padi di batangnya karena terukur dan akurat," ujarnya, Kamis (9/2).
Sementara tarifnya, kata Subuh, dari sepuluh karung gabah yang dihasilkan akan dikeluarkan satu karung. Artinya sepuluh persen untuk pemilik Reaper. Sementara jika menyewa mesin perontok (Pa,doros, red), sewanya jauh lebih mahal yakni dari tujuh karung gabah akan diambil satu karung.
Senada diungkapkan Sahabuddin, warga Desa Segerang. Namun dibalik sejumlah keunggulan yang ditawarkan Reaper, kata dia, mesin praktis tersebut masih memiliki satu kelemahan.
"Tapi kalau lahan yang basah, mesin (Reaper, red) sulit beroperasi maksimal. Karena berat terkadang membuatnya terjebak dilumpur," ungkapnya.
Disisi lain, sejumlah warga di Desa Katumbangan justru masih memilih menggunakan Pa,doros. Alasannya, menggunakan Pa,doros memberikan lapangan pekerjaan bagi warga lokal. Seperti diketahui bahwa selama ini setiap musim panen padi hingga tigakali per tahun, dapat memberikan penghasilan bagi warga lokal.
"Dibagian sini (Katumbangan, red) masih belum ada yang menggunakannya, karena menurut pemilik lahan kasihan warga sini tidak ada nakerja," kata seorang warga, Patimah. (tfk/har)