Di Musim Hujan Ini, Ibu-ibu di Rangas Malah Mengeluh Krisis Air
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/12/di-musim-hujan-ini-ibu-ibu-di-rangas.html
MAJENE, FMS- Di musim penghujang saat ini, sejumlah ibu-ibu warga Rangas Kabupaten Majene justru mengeluh kekurangan air bersih.
Seperti yang dialami Hasriana (36), warga lingkungan Tammalassu Rangas Timur ini tengah dilanda krisis air bersih. Karenanya tiap hari ia harus bangun lebih awal demi mengangkut air untuk kebutuhan sehari-hari.
"Iya setiap hari begini Pak, kita pikul air ke rumah," kata Hasriana, yang ditemui wartawan, Senin (26/12).
Dikatakan Hasriana, dirinya tak mengerti mengapa tak mengalir air ke rumahnya, padahal pipa milik PDAM yang sejak bertahun-tahun lamanya telah terpasang baik di lingkungannya, hingga sampai ke rumah kediamannya.
"Saya tidak tahu, padahal kita bayar tiap bulan," ucapnya.
Hasriana mengaku setiap bulan dirinya keluarkan setidaknya Rp. 40 ribu untuk retribusi air PDAM. Bahkan kata dia, terkadang harus kena denda manakala terlambat membayar iuran PDAM tersebut tepat waktu. Tak tanggung, Ana harus disanksi Rp. 5 ribu/bulan bila telat bayar iuran air PDAM.
Namun sagat disayangkan, retribusi yang dibayarkan tak seimbang dengan ketersediaan pasokan air yang diterima Ana. Kini ia pun harus rela jadi perempuan perkasa untuk penuhi kebutuhan rumah tangganya akan air bersih.
Nasib yang dialami Hasriana, dirasakan sama oleh Lukman. Warga Rangas lainnya ini pun mengaku kesulitan air.
"Ada apa, musim hujan ini kita malah krisis air bersih," kata Lukman bernada kecewa.
Keresahan Ana, Lukman maupun warga Rangas lainnya belum terjawabkan. Hingga berita ini diris, Senin (26/12) pukul 12. 32 Wita, belum ada konfirmasi dari pihak PDAM Majene terkait tidak mengalirnya air ke Rangas.
Salah seorang anggota Dewan Pengawas PDAM Majene yang dihubungi wartawan, belum memberikan jawaban. (har)
Seperti yang dialami Hasriana (36), warga lingkungan Tammalassu Rangas Timur ini tengah dilanda krisis air bersih. Karenanya tiap hari ia harus bangun lebih awal demi mengangkut air untuk kebutuhan sehari-hari.
"Iya setiap hari begini Pak, kita pikul air ke rumah," kata Hasriana, yang ditemui wartawan, Senin (26/12).
Dikatakan Hasriana, dirinya tak mengerti mengapa tak mengalir air ke rumahnya, padahal pipa milik PDAM yang sejak bertahun-tahun lamanya telah terpasang baik di lingkungannya, hingga sampai ke rumah kediamannya.
"Saya tidak tahu, padahal kita bayar tiap bulan," ucapnya.
Hasriana mengaku setiap bulan dirinya keluarkan setidaknya Rp. 40 ribu untuk retribusi air PDAM. Bahkan kata dia, terkadang harus kena denda manakala terlambat membayar iuran PDAM tersebut tepat waktu. Tak tanggung, Ana harus disanksi Rp. 5 ribu/bulan bila telat bayar iuran air PDAM.
Namun sagat disayangkan, retribusi yang dibayarkan tak seimbang dengan ketersediaan pasokan air yang diterima Ana. Kini ia pun harus rela jadi perempuan perkasa untuk penuhi kebutuhan rumah tangganya akan air bersih.
Nasib yang dialami Hasriana, dirasakan sama oleh Lukman. Warga Rangas lainnya ini pun mengaku kesulitan air.
"Ada apa, musim hujan ini kita malah krisis air bersih," kata Lukman bernada kecewa.
Keresahan Ana, Lukman maupun warga Rangas lainnya belum terjawabkan. Hingga berita ini diris, Senin (26/12) pukul 12. 32 Wita, belum ada konfirmasi dari pihak PDAM Majene terkait tidak mengalirnya air ke Rangas.
Salah seorang anggota Dewan Pengawas PDAM Majene yang dihubungi wartawan, belum memberikan jawaban. (har)