Kisah Korban Lakalantas, Servis Mainan Anak Hingga Jual Kapur Ajaib
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/11/kisah-korban-lakalantas-servis-mainan.html
TAKDIR tak mungkin dirubah, kehidupan memang berjalan sesuai dengan kehendak sang maha kuasa, seperti itulah kira-kira yang dirasakan Nasruddin (23), demikian namanya. Seorang pemuda (pincang/tunadaksa/cacat) yang tetap tegar menghadapi kehidupan.
Catatan:
M Taufik
Reporter Fokus Metro Sulbar
Pemuda yang akrab disapa Udin ini kelahiran Wonomulyo (15/7/1993), beralamat di Ujung Baru, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar).
Udin anak bungsu lima bersaudara yang kini tinggal bersama orangtuanya. Ke empat kakaknya kini telah berkeluarga.
Udin adalah salah satu dari sekian banyak korban kecelakaan lalulintas. Ia mengalami sebuah peristiwa tragis 2014 lalu, setelah bertabrakan dengan Truk enam roda berkecepatan tinggi, pengangkut kayu bantalan yang nyaris merenggut nyawanya.
Kala itu, seperti hari-hari sebelumnya, usai jualan keliling di pasar, dia pulang berboncengan bersama temannya mengendarai sepeda motor dari Majene ke rumahnya, di Wonomulyo. Udin yang dibonceng temannya tak menyangka dirinya akan menerima nasib yang hingga kini harus diterimanya dengan lapang dada.
Dalam perjalanan pulang, di sekitar Kecamatan Mapilli Polman, dia dan rekannya bertabrakan dengan Truk enam roda, membuatnya terlempar hingga ke kolong rumah warga dan tak sadarkan diri. Akibat tabrakan itu, Udin dan rekannya harus dirawat beberapa bulan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Polman karena mengalami patah tulang.
"Pengendara mobil membiayai pengobatan waktu itu, tapi hanya teman saya karena dia yang punya motor," ungkap Udin.
Udin mengalami patah tulang mulai dari betis hingga paha kirinya. Sementara rekannya patah dibagian kaki. Hingga kini, kaki Udin tak bisa kembali seperti sediakala lantaran tulang paha dan betisnya remuk.
Segala upaya dilakukan demi kesembuhannya. Namun, keterbatasan ekonomi tak mampu membuatnya untuk berbuat lebih jauh, yakni melanjutkan berobat di RSUD.
Tidak ada rotan akar pun jadi, pepatah itulah yang dijadikan Udin sebagai alasan untuk berobat tradisional, demi secercah harapan kesembuhan yang selalu ia impikan.
Waktu demi waktu dilalui Udin dengan memakai tongkat kesana sini berobat. Tak terasa dua tahun telah berlalu sementara sebagai pemuda ia pun berniat menghabiskan waktu dengan penuh kebahagiaan.
"Yah, mau diapa ini sudah nasib, yang penting tetap semangat menjalani hidup," ungkapnya dengan nada pelan.
Meski dengan keterbatasan fisik, tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap berjuang melawan kerasnya kehidupan sebagai pemuda. Kini, Udin melakoni kehidupan sehari hari sebagai tukang servis mainan anak disalah satu toko mainan milik temannya di Wonomulyo.
Senang akan pekerjaan itu? Tidak perlu dipertanyakan, karena menurutnya, apa lah yang bisa ia kerjakan dengan kondisi fisiknya. Bisa bekerja dengan menghasilkan sedikit upah sudah sangat baik baginnya, sebulan Rp400.000.
Selain bekerja sebagai tukang servis, sesekali ia masih berjualan keliling ke pasar pasar yang ada di Polman, yakni jualan, kapur ajaib, pembersih panci, macam macam lem dan berbagai barang yang biasa dijajakan pedagang keliling di pinggir pasar.
Apakah takdir kejam? Mungkin sesekali kalimat itu pernah terlintas dibenaknya. Namun kini, menyerahkan segala sesuatunya pada sang Khalik adalah pilihan utama. Karena seperti cerita diatas, baginya hanya Tuhan yang mampu merubahnya di masa lalu maupun di masa depan. Sekarang Udin lebih banyak menghabiskan waktunya di Masjid sebagai jamaah.
Kini, Udin hanya bisa mengumpulkan beberapa rupiah untuk biaya berobat. Menjadi seorang pahlawan tidak selamanya harus menjadi penolong bagi yang lain, tapi terkadang menolong diri sendiri pun bisa menjadi seorang pahlawan di mata orang lain.
Dari kisah diatas, Udin telah menunjukan pada kita bahwa cacat bukanlah alasan untuk berhenti berjuang atas apa yang kita yakini. Kesehatan dan kesembuhan hanya Tuhan yang menentukan. (*)
keterangan foto: Nasruddin saat melakukan pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang servis mainan anak. Foto: IST