Raja Gowa Gagas Pertemuan Raja-Raja Nusantara di Mamuju Sulbar
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/10/raja-gowa-gagas-pertemuan-raja-raja.html
MAMUJU, FMS - Konflik yang akhir-akhir ini melanda kerajaan Gowa Sulawesi Selatan sepertinya mengisyaratkan mulai lemahnya penghargaan terhadap adat-istiadat dan eksistensi raja-raja di Nusantara. Hal tersebut dikemukam raja Gowa Andi Kumala Idjo Karaeng Lembang Parang Pati Mataranna di Mamuju Sulbar, Senin (4/9).
Dihadapan wartawan, raja Andi Kumala Idjo sangat menyesalkan insiden yang terjadi di dalam kerajaan Gowa beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, dengan kejadian pengrusakan di dalam kerajaan gowa merupakan penzaliman atas diri sendiri dan kebudayaan.
"Kerajaan Gowa merupakan kerajaan terbesar di Sulawesi yang memiliki kekuasaan setelah kerajaan Luwu dan kerajaan Bone. Wilayahnya meliputi Indonesia Bagian Timur sampai ke Australia,Madagaskar, Filipina Selatan, Sulu dan Afrika Selatan. Sayang sekali jika kebesaran ini dirusak, dizalimi," ungkapnya.
Proses pengangkatan Putra Mahkota untuk menjadi raja, lanjut Andi Idjo, harusnya melalui proses pemilihan secara salapang anak raja dan atas seleksi. Itupun harus melalui persetujuan dan pertimbangan para pemangku adat, katanya.
Karena itu pasca kejadian tersebut, sejumlah raja di Nusantra melayangkan protes dan keprihatinan. Bahakan, beberapa raja yang ada di
Indonesia melakukan konsolidasi yang dilaksanaka di Solo beberapa waktu lalu.
Mereka (raja-raja Nusantara, red) berharap agar eksistensi kerajaan dan budaya nusantara kembali membangun organisasi kerajaan yang belakangan disebut mulai redup.
"Maka itu, kita satukan kembali persepsi dan berharap kita dapat laksanakan pertemuan lanjutan di Sulbar untuk finalisasi sesuai keinginan raja-raja untuk bersatu lagi," sebut Andi Idjo.
Ditemui di kediaman Maradika Mamuju, raja Gowa Andi Idjo, berharap, agar pemerintah bisa sejalan dan duduk bersama dengan para pemangku hadat kerajaan. Ia mengatakan, salah pondasi kekuatan bangsa adalah khsana budaya dan kerajaan masa lalu yang sarat nilai-nilai kearifan leluhur.
"Alangkah indahnya kalau kita duduk bersama-sama membangun dan melastarikan budaya kita," imbuh Andi Idjo. (MA/Ha)
Dihadapan wartawan, raja Andi Kumala Idjo sangat menyesalkan insiden yang terjadi di dalam kerajaan Gowa beberapa waktu lalu. Ia mengatakan, dengan kejadian pengrusakan di dalam kerajaan gowa merupakan penzaliman atas diri sendiri dan kebudayaan.
"Kerajaan Gowa merupakan kerajaan terbesar di Sulawesi yang memiliki kekuasaan setelah kerajaan Luwu dan kerajaan Bone. Wilayahnya meliputi Indonesia Bagian Timur sampai ke Australia,Madagaskar, Filipina Selatan, Sulu dan Afrika Selatan. Sayang sekali jika kebesaran ini dirusak, dizalimi," ungkapnya.
Proses pengangkatan Putra Mahkota untuk menjadi raja, lanjut Andi Idjo, harusnya melalui proses pemilihan secara salapang anak raja dan atas seleksi. Itupun harus melalui persetujuan dan pertimbangan para pemangku adat, katanya.
Karena itu pasca kejadian tersebut, sejumlah raja di Nusantra melayangkan protes dan keprihatinan. Bahakan, beberapa raja yang ada di
Indonesia melakukan konsolidasi yang dilaksanaka di Solo beberapa waktu lalu.
Mereka (raja-raja Nusantara, red) berharap agar eksistensi kerajaan dan budaya nusantara kembali membangun organisasi kerajaan yang belakangan disebut mulai redup.
"Maka itu, kita satukan kembali persepsi dan berharap kita dapat laksanakan pertemuan lanjutan di Sulbar untuk finalisasi sesuai keinginan raja-raja untuk bersatu lagi," sebut Andi Idjo.
Ditemui di kediaman Maradika Mamuju, raja Gowa Andi Idjo, berharap, agar pemerintah bisa sejalan dan duduk bersama dengan para pemangku hadat kerajaan. Ia mengatakan, salah pondasi kekuatan bangsa adalah khsana budaya dan kerajaan masa lalu yang sarat nilai-nilai kearifan leluhur.
"Alangkah indahnya kalau kita duduk bersama-sama membangun dan melastarikan budaya kita," imbuh Andi Idjo. (MA/Ha)