Murid Bertaruh Nyawa, Lewati Jembatan Hanya Dua Batang Bambu
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/10/murid-bertarung-nyawa-lewati-jembatan.html
MAMASA, FMS - Pustusnya jalan yang menghubungkan Desa Mambullling dan Desa Buntu Buda, Kecamatan Mamasa tidak sekedar menghambat perekonomian masyarakat di daerah ini. Namun sarana itu juga menambah deretan penderitaan masyarakat, khususnya anak sekolah.
Sejak akses utama menuju kota Mamasa itu putus akibat hujan deras dan bocornya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)beberapa bulan lalu, warga terutama anak sekolah setiap hari harus berjibaku dengan marabahaya.
Sebelumnya, dititik ini juga pernah terjadi hal sama namun langsung ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan mengucurkan anggaran kurang lebih Rp20 juta untuk pembuatan talud.
Saat itu, warga juga telah menyesalkan pembuatan talud lantaran hanya dikerjakan mengunakan bambu tetapi diam dengan anggapan penanganannya untuk sementara, apalagi kala itu ditinjau langsung pemerintah daerah.
"Sebelumnya saya telah menduga longsor akan kembali terjadi akibat pipa PDAM yang hanya bergantung pada tiang bambu yang tak mungkin mampu menahan beban pipa air, apalagi kalau hujan deras mengguyur badan jalan dan terbukti," ungkap Pampang salah seorang warga yang ditemui, Jumat (14/10/16).
Ia mengatakan akibat kejadian tersebut, lima rumah warga kembali terancam disekitar lokasi. Salah satu pemuda di Desa Buntubuda, Frendy menyesalkan bencana itu karena terkesan dibiarkan pihak pemerintah.
"Sudah sekian lama terjadi tak kunjung diperbaiki padahal ini adalah akses perekonomian masyarakat dari dua desa yakni Desa Buntubuda dan Mambulling," sesalnya.
Dikatakan, sejak jalan, putus setiap hari anak sekolah harus mempertaruhkan nyawa untuk melintas karena hanya melalui jembatan yang terbuat dari 2 batang bambu.
"Saya menyesalkan tokoh masyarakat dan para wakil rakyat yang berdomisili di dua desa tak bisa menyuarakan persoalan ini, padahal bagi kami ini kebuhan masyarakat diwilayah Desa Buntubuda dan Mambulling, dan untuk apa jalan ke Mambulling bagus jika jalan di Desa Buntubuda tak bisa dilalui," tegas Frendy.(Kedi)
Sejak akses utama menuju kota Mamasa itu putus akibat hujan deras dan bocornya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)beberapa bulan lalu, warga terutama anak sekolah setiap hari harus berjibaku dengan marabahaya.
Sebelumnya, dititik ini juga pernah terjadi hal sama namun langsung ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan mengucurkan anggaran kurang lebih Rp20 juta untuk pembuatan talud.
Saat itu, warga juga telah menyesalkan pembuatan talud lantaran hanya dikerjakan mengunakan bambu tetapi diam dengan anggapan penanganannya untuk sementara, apalagi kala itu ditinjau langsung pemerintah daerah.
"Sebelumnya saya telah menduga longsor akan kembali terjadi akibat pipa PDAM yang hanya bergantung pada tiang bambu yang tak mungkin mampu menahan beban pipa air, apalagi kalau hujan deras mengguyur badan jalan dan terbukti," ungkap Pampang salah seorang warga yang ditemui, Jumat (14/10/16).
Ia mengatakan akibat kejadian tersebut, lima rumah warga kembali terancam disekitar lokasi. Salah satu pemuda di Desa Buntubuda, Frendy menyesalkan bencana itu karena terkesan dibiarkan pihak pemerintah.
"Sudah sekian lama terjadi tak kunjung diperbaiki padahal ini adalah akses perekonomian masyarakat dari dua desa yakni Desa Buntubuda dan Mambulling," sesalnya.
Dikatakan, sejak jalan, putus setiap hari anak sekolah harus mempertaruhkan nyawa untuk melintas karena hanya melalui jembatan yang terbuat dari 2 batang bambu.
"Saya menyesalkan tokoh masyarakat dan para wakil rakyat yang berdomisili di dua desa tak bisa menyuarakan persoalan ini, padahal bagi kami ini kebuhan masyarakat diwilayah Desa Buntubuda dan Mambulling, dan untuk apa jalan ke Mambulling bagus jika jalan di Desa Buntubuda tak bisa dilalui," tegas Frendy.(Kedi)