SISA ASA UNTUK JINGGA
https://www.fokusmetrosulbar.com/2016/07/sisa-asa-untuk-jingga.html
"SADARKAN JIWAKU, bahwa itu semua hanya fatamorgana yang indah. Agar ragaku tak lagi mengiringi langkahmu."
Kata itu yang akan terucap saat Aku menemuimu, tapi itu tidak akan bisa kulakukan. Bertatap mata saja Aku tak sanggup, bahkan untuk bertemu saja Aku berpikir seribu kali, memang sulit untuk beranjak pergi ke hati yang lain.
Oleh: Busmha |
Ku bertanya dalam resahku, “kenapa kau begitu tega dan tak pernah mencoba mengerti dengan rasaku? hatiku bukan layangan yang bisa Kau tarik ulur sesuka hatimu, mengertilah.”
Kucoba luapkan rasaku lewat lagu, Kau menyambutnya tapi hanya sesaat. Kau kembali seperti dulu tetap cuek dan tak pernah mempedulikanku. Bukan cuma itu saja, terlalu banyak pesaing untuk bisa berdampingan denganmu, kadang teman-teman mengejek kalau Aku bagaikan pungguk merindukan bulan.
Aku hanya bisa tersenyum saat ejekan itu terdengar di telingaku, bahkan ada yang menyindir lewat pertanyaan yang buatku malu.
“Eeee... Tidak ada cermin besarkah di rumahmu?”
Mendengar kata itu Aku hanya bisa menahan emosi dan beranjak dari luka yang mereka beri. Tanpa sadar mereka telah menebar duri disetiap pijakku.
Kalau terjadi seperti itu, Aku hanya dapat mengeluh pada satu orang; Ria namanya . Dia adalah salah satu keluarga dari pujaan hatiku. Aku meyakinkan diri setelah mencurahkan isi hatiku kepadanya, Aku tidak akan memikirkan tentang semua cibiran orang-orang. Terkadang, Dia memberiku jalan untuk bisa dekat dengan pujaan hatiku, tapi kutetap ceroboh dalam melakukan tindakan dan akhirnya Ria akan memarahiku.
Aku masih mengingat kata yang sering Dia ucapkan, “Kau itu... Jangan tergesa-gesa! Mutauji banyak yang tidak suka, kalau samako Nadhia?!!”
Ya. Gadis pujaanku itu namanya Nadhia. Gadis yang bisa membuatku menangis karena sikapnya yang cuek, tapi tetap meneduhkan hati saat melihatnya tersenyum. Dia gadis polos yang tak terjamah oleh zaman kekinian seperti yang marak dikalangan anak muda sekarang.
Bukannya Dia tak mampu, tapi tak mau. Dia tetap tampil apa adanya. Mengenalnya bagaikan menorehkan tinta di atas kertas putih, Dia benar-benar polos. Kadang kepolosannya membuat orang-orang di sekitarnya tertawa. Saat ingin mengetahui sesuatu Dia mengeularkan pertanyaan-pertanyaan yang diiringi dengan sikap polosnya, atau bahkan memberikan jawaban saat dia diberi pertanyaan. Kadang Dia juga menjawabnya dengan polos, mungkin bagi sebagian orang itu terlihat konyol.
Tak kusangka ada wanita seperti itu di dunia ini, tapi dari semua itu benih-benih cintaku makin tumbuh subur.
Terakhir Aku melihatnya, tiga hari yang lalu, tepatnya di warung langganan Ria. Sementara asik bercanda dengan Ria, sepintas Aku melihatnya, itupun karena Aku mengira Dia hanya salah satu pengunjung warung yang ingin menikmati rujak disiang hari. Saat melihat ke arahnya, Aku langsung menundukkan kepala.
“Dia tetap seperti yang dulu, tetap cantik,” batinku.
Yang tadi warungnya seperti mau meledak karena canda tawa kami, seketika jadi hening. Aku tak bisa mengeluarkan kata-kata, hanya sibuk menata perasaanku yang tak karuan. Tanpa sadar, ternyata Ria memperhatikan bahkan menegurku, “santai... Jangan tegang begitu.”
Mendengar itu Aku hanya bisa nyengir, akhir dari semua itu sudah tertebak Aku akan jadi bahan ejekan lagi. Dan sejak saat itu, Aku terus memikirkannya, Aku benar-benar menggilainya.
***********************
Biarlah ku seperti sekarang ini menjalani hidupku dengan segala kemampuanku dan tetap berusaha menjadi seorang pria yang pantas untukmu. Karena Aku akan tetap berada di belakangmu dan disetiap do’aku kusisipkan namamu. Semoga Kau selalu bahagia, dan kalaupun kebahagiaanmu bukan bersamaku, Aku rela. Saat Kau berada di persimpangan jalan dan tak tahu arah mana yang akan Kau pilih datanglah kepadaku, karena Aku akan selalu ada dan akan menemani dirimu menemukan kebahagiaanmu. (*)
Polewali 27, Juli 2016